TEMPO.CO, Garut - Kiamat yang menurut ramalan kalender bangsa Maya jatuh pada 21 Desember 2012 tidak terbukti. Namun, bagi pengunjuk rasa di Garut, Jawa Barat, hari malapetaka itu tetap menimpa warga bumi, khususnya Bupati Aceng H.M. Fikri. “Hari ini kiamat buat Bupati Aceng Fikri,” ujar Usep, salah seorang pengunjuk rasa.
Semangat Usep dan sekitar 500 warga menuntut Aceng turun, kemarin, bersamaan dengan digelarnya Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Garut. Hasilnya, sebagian besar anggota Dewan sepakat melengserkan bupati yang didera masalah etika dan melanggar sumpah jabatan itu. "Tidak hanya suku Maya yang menjadikan hari ini (kemarin) kiamat," kata Usep. "Aceng harus turun hari ini juga," teriak pendemo yang lain.
Suasana Kota Garut kemarin cukup tegang. Aparat keamanan berjaga di sekitar gedung DPRD dan kantor pemerintahan. Kawat berduri setinggi satu meter disiapkan untuk menghalau massa. “Kami mengerahkan sebanyak 2.500 (anggota) pasukan,” ujar Kepala Bagian Operasional Polres Garut, Komisaris Rudi. Jumlah itu merupakan gabungan anggota kepolisian dari Polres Garut, Brimob, Dalmas Polda Jawa Barat, serta pasukan TNI.
Pengamanan ketat diperlukan karena, selain massa penentang, ada kelompok lain yang menyokong Bupati Aceng. Mereka sempat baku pukul dan saling lempar dengan batu. Petugas bergerak cepat memisahkan mereka dengan kawat berduri. Bentrokan pecah lagi seusai Sidang Paripurna DPRD Garut, yang memutuskan mengajukan pemakzulan Bupati Aceng Fikri ke Mahkamah Agung.
SIGIT ZULMUNIR
Berita Terkait:
MA Siap Periksa Pencopotan Aceng
Bupati Aceng Melawan Putusan DPRD
6 Kasus Kekerasan di Papua
Pencopotan Bupati Aceng Dianggap Berbelit
Bupati Aceng Akhirnya Dilengserkan DPRD Garut