TEMPO.CO, Jakarta - Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menyatakan penganggaran dana taktis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono boros dan melanggar peraturan. Kesimpulan itu diperoleh Fitra dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan semester I tahun 2012.
Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra, Uchok Sky Khadafi, menyebut ada dua dana anggaran Presiden yang digunakan secara tidak cermat. Dana yang dia maksud adalah Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelola Belanja Lainnya atau BA 999.08. Anggaran itu sebenarnya bersifat darurat atau insidental yang digunakan bila dana anggaran rutin Presiden di bawah Sekretariat Negara, yakni dana BA 007 tahun 2012 senilai Rp 1,9 triliun, belum dianggarkan.
Kenyataannya, dana BA 999.08 bukan untuk kegiatan bersifat ad hoc dan insidential, tapi malah digunakan seperti anggaran rutin untuk dana operasional. "Seperti kunjungan kerja VVIP Presiden dan rombongan, rapat kerja pemerintah dan bantuan sosial," kata Uchok dalam jumpa pers di kantornya, Mampang, Jakarta Selatan, Ahad, 30 Desember 2012.
Padahal, dia melanjutkan, duit anggaran rutin Presiden dalam BA 007 masih ada dan bisa digunakan. Wakil Presiden RI pun tercatat ikut-ikutan memanfaatkan duit BA 999.08 untuk bantuan kemasyarakatan. Padahal, Wakil Presiden sudah punya anggaran bantuan kemasyarakatan sendiri sebesar Rp 32,9 miliar dan baru direalisasikan Rp 11,5 milar atau 35 persen.
"Bahkan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat juga menggunakan dana BA 999.08," kata Uchok. Alhasil, duit BA 999.08 sebesar Rp 156 miliar terpakai Rp 102,5 miliar, atau 65 persen.
Dari fakta tersebut, Uchok meminta agar pada 2013 biaya operasional Presiden kembali menggunakan dana BA 007, sesuai dengan fungsi dan sifat belanja rutin tahunan. Sehingga dana BA 999.08 tak lagi digunakan untuk pengeluaran rutin seperti kunjungan kerja VVIP Presiden atau rapat kerja.
"Kalau masih digunakan, publik akan menilai Presiden senang memboroskan anggaran demi pencitraan, termasuk jalan-jalan ke luar negeri buat mencari pengakuan dan penghargaan dari negara lain. Bahkan hanya untuk dapat kaus sepak bola," kata Uchok.
INDRA WIJAYA