Saat ini ia telah memiliki bisnis "clothing" yang diberi nama Rumble Clothing. Menurut dia, "clothing" tidak berfungsi sebagai pakaian semata, melainkan kontributor sebuah perlawanan. Ia pun menuturkan, "brand" Rumble pun lebih dikenal karena nama besar SID.
Namun, kata dia, terjadi pula hal sebaliknya. Jerinx mengungkapkan, ada yang menyukai SID setelah jatuh cinta kepada clothing terlebih dahulu. "Yang jelas, selalu ada korelasi antara "clothing", musik, dan perlawanan," ujar personel band yang berbasis di Bali tersebut. Ia mengatakan berusaha merealisasikan hal itu dengan Rumble melalui celah yang bisa ditembus media "clothing".
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, industri ekonomi kreatif di Bali cukup berkembang. Sebagai indikasi, kata dia, banyak anak muda yang memiliki usaha sandang. Namun tak semua usaha tersebut serius.
Menurut Jerinx, masih ada usaha yang dikelola asal-asalan. Ia pun menyayangkan masih banyaknya pengusaha yang terlalu sibuk bermain dengan simbol dan kurang berkontribusi terhadap perubahan sosial di Bali. Ia menilai para pengusaha itu masih menerapkan pola bisnis konservatif.
"Esensi kreatifnya lebih kepada desain, bukan pola bisnis," kata Jerinx. Selain sandang, industri ekonomi yang juga berkembang di bali adalah tato dan bengkel kustom motor. Bahkan, kata dia, studio tato kini sudah sampai di pelosok desa Bali.
MARIA YUNIAR