TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Amanat Nasional Teguh Juwarno menilai banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang tersangkut laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan karena terkait dengan sistem pemilu suara terbanyak. Sistem ini membuat para calon anggota Dewan jor-joran meraih dukungan dengan ongkos politik yang tinggi. (Baca: PPATK Endus Transaksi Mencurigakan di 5 Provinsi)
"Fenomenanya pada periode DPR 1999-2004 dan 2004 dan 2009 tidak separah ini," kata Teguh, Kamis, 3 Januari 2013. Menurut dia, pada dua periode tersebut, korupsi tidak separah sekarang. Alasannya, ketika itu pemilu masih menggunakan nomor urut. Dia meminta sistem pemilihan saat ini--dengan suara terbanyak--mesti dievaluasi.
Dia menegaskan, laporan ihwal adanya rekening gendut anggota Dewan harus disikapi secara serius oleh fraksi dan partai politik. Dengan sistem suara terbanyak, rakyat akan memilih mereka yang memiliki uang banyak atau yang populer.
Realita itu, kata Wakil Sekretaris Jenderal PAN, disebabkan karena masyarakat masih sangat mudah dipengaruhi politik uang. Menurut dia, masyarakat Indonesia sebagian besar masih miskin sehingga kebutuhan perut lebih utama. Akibatnya, para politikus lebih memilih jalan pintas dengan pendekatan pragmatis. "Maka mereka keluar duit banyak agar bisa terpilih," kata dia.
Permasalahan baru muncul saat mereka terpilih sebagai anggota Dewan. Mereka yang terpilih sibuk mengembalikan biaya kampanye yang dikeluarkan dengan menjadi "calo anggaran" atau menjual pasal kepada pihak-pihak lain. Menurut dia, Dewan sebenarnya hanya mendapatkan recehan dari undang-undang. "Yang lebih menikmati undang-undang adalah pemodal asing, pengusaha, dan eksekutif," kata dia.
Pada pemilu mendatang, Teguh menyarankan agar sistem suara terbanyak dalam pemilu dipertimbangkan. Selain itu, Teguh meminta agar ada pembatasan biaya kampanye atau kampanye pemilu dibiayai negara. Teguh juga meminta agar pihak yang paling diuntungkan atas sebuah undang-undang disorot. "Masyarakat juga mesti diberikan pendidikan politik," kata dia.
WAYAN AGUS PURNOMO