TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tata kota serta transportasi, Yayat Supriyatna, mengatakan tarif Mass Rapid Transit (MRT) bisa mencapai Rp 30 ribu. "Kalau tidak ada subsidi, harga tiketnya bisa lebih dari Rp 20 ribu - Rp 30 ribu," ujarnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 16 Januari 2013.
Jika pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan subsidi, kata dia, harga tiket bisa ditekan menjadi Rp 10 ribu - Rp 15 ribu. Menurut Yayat, kisaran harga tersebut masih wajar.
Namun ia menyarankan adanya penetapan tarif dasar. Dengan tarif dasar, harga tiket yang diberlakukan tergantung pada jarak tempuh. "Yang dekat dan yang jauh tidak bisa disamakan," katanya.
Ia pun menyatakan MRT tidak bisa menjadi sarana transportasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ia memberikan ilustrasi, seorang penumpang MRT yang turun di Dukuh Atas, Kuningan, Jakarta Selatan, setidaknya harus mengeluarkan Rp 50 ribu dalam sehari untuk transportasi.
Biaya tersebut diperlukan tidak hanya untuk tiket MRT, namun juga sarana transportasi penghubung, seperti Transjakarta dan monorel, hingga ke tempat tujuan. Ia menuturkan, MRT nantinya hanya akan menjadi sarana transportasi bagi masyarakat kalangan menengah ke atas.
Jika berani, kata Yayat, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, seharusnya menyampaikan kepada pemerintah bahwa subsidi bahan bakar minyak (BBM) terlalu besar. Ia berpendapat subsidi BBM itu dapat dialihkan sebagian untuk membangun MRT. Menurut dia, bensin seharga Rp 4.500 per liter terlalu murah untuk masyarakat Jakarta.
Yayat memandang mayoritas penikmat tarif BBM nonsubsidi adalah masyarakat kelas menegah ke atas. "Lihat saja, dalam satu rumah, ada lebih dari satu mobil," ujarnya.
MARIA YUNIAR