TEMPO.CO, Jakarta - Air setinggi 5 meter masih menggenangi kawasan padat penduduk al-Hawi, Condet, Jakarta Timur, hingga pagi ini. Besarnya debit air dari pintu Katulampa yang diikuti hujan tadi malam menyebabkan debit air belum surut.
"Air mulai masuk sekitar pukul 10.00 kemarin, dan terus membesar sampai kini," ujar salah seorang korban banjir, Andi Perdamaian, 34 tahun, di lokasi kejadian pada Rabu, 16 Januari 2013.
Menurut Andi, musibah kali ini merupakan yang pertama setelah dibangunnya kanal banjir timur dan barat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam tiga tahun terakhir. "Tahun 2007 memang terjadi banjir besar, tapi itu sebelum adanya kanal banjir," kata dia.
Saat musibah datang, air masuk cukup deras--yang berasal dari Kali Condet, dan luapan Sungai Ciliwung--yang berada tidak jauh dari lokasi. Ini membuat sebagian besar warga tidak sempat menyelamatkan harta miliknya. "Kemarin memang ada pemberitahuan, dikira luapan biasa, namun ternyata besar sekali," kata dia.
Pembangunan kanal itu, Andi menambahkan, hingga kini dinilai belum efektif menanggulangi banjir. Sebab, sebagian besar sungai dan kali yang ada di wilayah Jakarta termasuk kategori dangkal, yang mudah dilalui banjir. Akibatnya, musibah banjir tetap terjadi. "Sulit kalau sungainya tetap kotor dan dangkal, makanya seperti kebiasaan banjir," ujar karyawan ekspedisi di salah satu perusahaan swasta ini.
Joko, korban lainnya, menambahkan, musibah kali ini merupakan banjir keempat yang terjadi dalam satu bulan terakhir. Namun, dari jumlah itu, luapan banjir saat ini dianggap paling besar di antara ketiganya. "Keluarga saya sampai tidak sempat menyelamatkan barang-barang," kata lelaki 42 tahun ini.
Ia menilai banjir kali ini merupakan musibah rutinan yang terjadi setiap lima tahun sekali. Jadi cukup merepotkan warga. "Dulu 2007 terjadi, dan baru sekarang terjadi lagi banjir besar," ujar Joko.
JAYADI SUPRIADIN