TEMPO.CO, Bogor - Meluapnya air Kali Ciliwung dinilai sebagai salah satu penyebab utama banjir di Jakarta. Ditambah dengan makin dangkalnya sungai-sungai Jakarta, lengkap sudah petaka air bah di Ibu Kota.
Koordinator Komunitas Peduli Ciliwung, Een Irawan, mengemukakan, makin derasnya debit air Ciliwung belakangan ini dipicu oleh berkurangnya area resapan air di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, hutan di sana sudah banyak beralih fungsi menjadi permukiman penduduk atau vila. “Ketika hujan mengguyur Puncak, debit Ciliwung dipastikan naik. Sehingga menyebabkan banjir di Jakarta,” katanya, Rabu 16 Januari 2013.
Peneliti Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah dari Institut Pertanian Bogor, Ernan Rustiandi, membenarkan. Menurut dia, lahan di sekitar kawasan wisata Puncak dalam kondisi kritis akibat laju pembangunan yang semakin tak terkendali.
Dia menilai lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah Kabupaten Bogor menjadi pemicu hilangnya fungsi resapan air di sana. “Puncak harus segera diselamatkan. Bila dibiarkan, bencana yang ditimbulkan bisa jauh lebih besar dan berkepanjangan," kata Ernan di Bogor kemarin.
Tahun lalu, data dari Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bogor menunjukkan ada 402 bangunan vila tidak berizin tersebar di kawasan Puncak. Selain itu, tercatat 12 ribu permukiman penduduk yang tidak mempunyai izin mendirikan bangunan.
Hilangnya fungsi resapan juga dipengaruhi pembangunan berskala besar yang direstui pemerintah. Pada 2012, Agung Podomoro Group membangun resor seluas 85 hektare di Desa Gadog, Kecamatan Megamendung. Jaringan Aston Hotel di Bendungan, Ciawi, juga menggarap lahan seluas 4 hektare.
Kemarin, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berjanji menindak tegas pemilik vila, hotel, dan bangunan rumah yang melanggar tata ruang wilayah di kawasan Puncak. “Kami tidak pandang bulu. Semua bangunan yang melanggar akan ditertibkan,” katanya di Megamendung, Bogor.
Dia meminta Bupati Bogor memerintahkan polisi Pamong Praja menertibkan bangunan liar, termasuk menghentikan pembangunan tak berizin, terutama di lokasi rawan tanah longsor. “Saya meminta pemilik vila yang notabene pejabat segera membongkarnya sendiri,” ucap Heryawan.
ARIHTA SURBAKTI | M. ANDI PERDANA | ISTMAN MP | ARYANI KRISTANTI | ADITYA BUDIMAN | BOBBY CHANDRA