TEMPO.CO, Jakarta — Kredit perbankan pada 2013 diperkirakan akan tumbuh sebesar 20-22 persen untuk bisa mendorong ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6 persen tahun ini. Meskipun masih akan tumbuh, kredit perbankan tahun ini tidak akan sekencang tahun lalu yang bisa mencapai 22 – 24 persen.
Di tengah melambatnya ekonomi global, Indonesia masih mencatat pertumbuhan 6 persen. Kendati ada pelambatan kinerja ekspor akibat menurunnya permintaan global, ekonomi Indoensia tetap tumbuh karena tingginya konsumsi domestik.
Analis dari PT Mega Capital Indonesia, Arif Fahruri, mengatakan melambatnya kinerja ekspor membuat perbankan akan mengalihkan kucuran kreditnya ke sektor yang masih prospektif seperti sektor infrastruktur, properti, konsumer. “Perbankan juga akan meningkatkan kredit di sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) karena prospeknya masih cukup besar dan cenderung kebal terhadap krisis global,” tuturnya.
Selain pangsa pasarnya masih cukup luas, sektor UKM juga masih banyak yang belum tersentuh perbankan karena suku bunganya biasanya lebih besar dibandingkan dengan suku bunga di sektor konsumer. "Intinya, sektor UKM ini masih cukup menjanjikan,” ucap Arif.
Sebenarnya, yang menjadi ancaman serius adalah jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jadi dinaikkan. Jika harga BBM bersubsidi jadi dinaikkan, semestinya pemerintah memberlakukannya secara bertahap agar tidak menimbulkan lonjakan inflasi. "Sedangkan kenaikan tarif daya listrik maupun upah minimum propinsi tidak banyak berpengaruh," kata Arif.
Abidin, analis dari PT Millenium Danatama Sekuritas menjelaskan, selama ekonomi domestik masih tumbuh maka sektor perbankan masih akan tumbuh. "Karena sektor perbankan merupakan jantung dari pertumbuhan ekonomi," katanya.
Dia berpendapat, seiring masih tumbuhnya ekonomi domestik dan melambatnya ekonomi dunia, sektor perbankan mengalihkan kreditnya ke sektor yang berorientasi lokal seperti sektor properti, infrastruktur, konsumsi. “Sedangkan kucuran kredit di sektor komoditas yang berbasis ekspor kemungkinan akan dikurangi porsinya seiring melambatnya permintaan dunia,”
Kuncinya, adalah bagaimana pemerintah dan Bank Indonesia bisa mengontrol inflasi. Bila inflasi terkendali dan suku bunga BI rate tetap di level terendahnya 5,75 persen, sektor perbankan akan tetap tumbuh.
VIVA B. K