TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian memprediksi ekspor produk rotan Indonesia tahun ini akan mencapai US$ 250-300 juta. "Naik dibandingkan tahun lalu yang mencapai kisaran US$ 200 juta," kata Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi, di Kementerian Perindustrian, Senin, 26 Januari 2013.
Sampai dengan triwulan III tahun 2012, nilai ekspor produk rotan mencapai lebih dari US$ 157 juta. Nilai ekspor ini disumbang dari ekspor produk furnitur rotan sebesar US$ 118,53 juta dan anyaman rotan sebesar US$ 39,25 juta. Total ekspor rotan pada 2011 mencapai US$ 100 juta.
Peningkatan ekspor produk rotan ini disebabkan oleh penurunan produksi furnitur rotan Cina karena negara tersebut tidak lagi memiliki bahan baku. "Beberapa negara kompetitor juga tidak dapat memenuhi pesanan furnitur rotan dan meminta produsen Indonesia memenuhi order tersebut," kata Dedi. Beberapa negara negara tujuan ekspor rotan Indonesia yaitu Jerman, Israel, Malaysia, Rusia, Turki, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Finlandia.
Dedi menilai kebijakan pemerintah yang menghentikan ekspor bahan baku rotan sejak awal 2012 telah memberikan dampak positif bagi industri rotan Indonesia. "Dalam jangka panjang bisa mendorong hilirisasi industri rotan yang bisa menciptakan penyerapan tenaga kerja di daerah," katanya. Kementerian Perindustrian menilai industri rotan Tanah Air masih harus meningkatkan kualitas desain produk rotan serta branding agar produk rotan Indonesia semakin laku di pasar dunia.
Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Sunoto, mengatakan tren positif yang dicapai ekspor produk rotan Indonesia dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menghentikan ekspor bahan baku rotan. "Terbukti selama 2012 ekspor produk rotan furnitur meningkat, sekitar 16 atau 17 persen," katanya kepada Tempo hari ini. Menurut dia, Indonesia kini harus menyiapkan industri rotan dalam negeri agar semakin bisa memasok produk rotan ke luar negeri dalam jumlah besar.
Sunoto mengatakan produk furnitur rotan menjadi penyumbang ekspor terbanyak, sementara produk kerajinan rotan mengekor di peringkat kedua. Tujuan ekspor utama, kata Sunoto, merupakan Amerika Serikat dan Eropa. "Selain itu ada Afrika Selatan dan Timur Tengah," katanya.
Selain itu, pemerintah juga harus mengatasi hambatan pengembangan industri rotan dalam negeri. Penyelundupan, kata Sunoto, masih menjadi masalah terberat yang menghambat industri rotan. "Penyelundupan harus dijegal aparat kepolisian, termasuk Bea-Cukai harus memberikan suatu pencegahan karena negara kita berpulau-pulau, jadi kemungkinan penyelundupan masih besar," katanya.
ANANDA TERESIA