TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pemilu 2004 dan kemunculannya sebagai partai terbesar keempat di Indonesia pasca-Pemilu 2009 bukannya tanpa masalah. Makin gemuknya struktur partai dan kian banyaknya kader partai justru menimbulkan sejumlah persoalan. Tak sedikit kader yang terlibat kasus yang mencoreng nama baik partai.
Sejumlah kasus itu membuat faksionalisasi di PKS meruncing. "Aroma persaingan di tubuh PKS menguat," tulis peneliti PKS, Burhanuddin Muhtadi, dalam bukunya, Dilema PKS: Suara dan Syariah. Menurut Burhanuddin, sejumlah kasus yang muncul di tubuh PKS akibat dari persaingan kubu konservatif dan kubu pragmatis di tubuh PKS.
Burhanuddin lalu mendaftar sejumlah kasus yang menimpa PKS. Pada awal April 2011 lalu, anggota Majelis Syuro PKS, Arifinto, tertangkap basah sedang melihat-lihat gambar porno pada sidang paripurna DPR. Sebulan sebelumnya, pada Maret 2011, salah seorang pendiri PKS, Yusuf Supendi, datang ke Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Kehormatan DPR untuk melaporkan dugaan korupsi yang melibatkan sejumlah kader partai itu. "Tuduhan itu benar-benar mencoreng PKS yang selama ini pintar menjaga image sebagai partai nan solid," ujar Burhanuddin.
Sejak itulah, rumor tentang isu korupsi di kalangan kader PKS terus berkembang. Pertentangan kubu pragmatis dan kubu ideologis pun, menurut Burhanuddin, kian terasa. Menurut dia, kelompok ideologis di PKS banyak didukung oleh kader yang konservatif dan militan. "Sementara mereka yang pragmatis bersikap lebih progresif, rasional, dan memiliki visi keluar dari zona nyaman PKS selama ini di bidang dakwah," katanya.
Kategorisasi Burhanuddin soal kubu pragmatis dan kubu ideologis mirip dengan faksionalisasi PKS versi peneliti PKS lainnya, Arief Munandar. Menurut Arief, dua faksi di tubuh PKS adalah faksi religious movement oriented dan political party oriented.
Gesekan antara dua kubu inilah yang terus-menerus memercikkan masalah untuk PKS. Termasuk kasusnya yang terkini: suap daging impor. Akibat kasus terakhir ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.
CORNILA DESYANA