TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Syariah PKS Surahman Hidayat menegaskan bahwa sejak awal berdiri, partainya mengusung konsep partai kader. Dibandingkan ketika awal dideklarasikan pada Juli 1998, Surahman menilai partainya sekarang lebih modern dari aspek teknis dan administratif.
Untuk menjamin kadernya militan, pengurus PKS mengharuskan setiap kader intinya memiliki halaqoh atau pengajian beranggotakan 18-20 orang. Selain itu, pengajian rutin juga harus dihadiri oleh para kader.
"Menurut disertasi S3 Pramono Anung di Unpad, yang bisa digolongkan partai kader sejati itu hanya dua: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan PKS," kata Surahman. "Ini partai kader yang ideologis," katanya lagi.
Untuk menjamin ideologi partai dipahami para kader, Surahman menegaskan mereka punya agenda pengajian rutin. Agendanya: tilawah (mengaji), tadabur ayat Alquran (mengkaji), kemudian ada tausyiah (nasihat) tentang perkembangan politik nasional dari perspektif Islam.
"Kami adakan sering, kadang lebih sering dari sepekan sekali," katanya. Frekuensi pertemuan harus intens, kata Surahman, untuk menebalkan iman kader PKS. "Godaan di dunia politik amat tinggi," katanya. Kasus suap daging impor yang melibatkan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq bisa jadi buktinya.
FEBRIANA FIRDAUS
Berita terpopuler:
Agnes Tampil di Acara Pra-Grammy
FPI Solo Desakkan Pembubaran Densus 88
Status Hukum Anas Urbaningrum Masih Menggantung
Film Hina Nabi, Mesir Blokir Youtube Sebulan
Supir U10 Mengaku Tak Berniat Culik Mahasiswi UI