TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berencana menginvestasikan US$ 1,5 miliar untuk pengembangan bisnis coal bed methana (CBM) pada periode 2013-2017. “Dana tersebut akan digunakan untuk pengeboran lebih dari 200 sumur eksplorasi CBM dan studi selama lima tahun ke depan,” kata Direktur Operasi PT Pertamina Hulu Energi, Eddy Purnomo, di Kantor Pusat PT Pertamina, Senin, 11 Februari 2013.
Angka itu, kata Eddy, merupakan dana awal pada tahap eksplorasi, pengembangan, dan produksi. Ia mengatakan, apabila target produksi CBM PHE meningkat daripada produksi saat ini sebanyak 50 million metric standard cubic feet per day (MMSCFD), anak usaha PT Pertamina tersebut akan menambahkan nilai investasi kembali. “Untuk waktu dekat, kami menargetkan produksi gas CBM mencapai lebih dari 100 MMSCFD pada 2017,” kata Eddy.
Sedangkan untuk tahun 2020, kata Eddy, PHE menargetkan produksi CMB mencapai 150-500 MMSCFD dan pada 2025 mencapai 500-900 MMSCFD. Untuk mempercepat peningkatan produksi tersebut, PHE berencana mengakselerasi pengeboran dengan teknologi pengeboran directional drilling menggunakan sistem clustering.
Dari data PHE, perusahaan tersebut telah memiliki 12 ladang CBM melalui production sharing contracts yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Di empat ladang tersebut, PHE bertindak sebagai operator. Di lima ladang PHE bertindak sebagai non-operator, dan dua ladang sisanya PHE bertindak sebagai joint operator.
“Targetnya, ladang kami di Sangatta dan Tanjung Enim akan mulai meningkatkan produksi pada November tahun ini,” kata Eddy. Produksi di kedua lapangan tersebut ia nilai belum optimal. Lapangan Sangatta baru memproduksi gas sebanyak 1,2 MMDSCFD dan Muara Enim hanya 0,54 MMSCFD, sedangkan gas CBM di dalamnya belum dimanfaatkan, atau hanya dibakar.
RAFIKA AULIA