TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi investasi tahun depan bisa mencapai Rp 506 triliun. Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam BKPM, Hanung Harimbah, menyatakan, nilai tersebut lebih dari 100 persen dibandingkan target tahun ini sebesar Rp 390 triliun.
"Capaian realisasi investasi dari 2010 hingga 2012 sudah melampaui target. Investasi pada 2011 tercapai Rp 240 triliun, tahun 2012 menjadi Rp 283 triliun dan untuk target 2013 sendiri itu Rp 390 triliun," ujar Hanung dalam acara ANZ Economic Outlook di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu, 13 Februari 2013.
Menurut Hanung, realisasi investasi yang masuk ke Indonesia sudah mengalami tren perubahan mulai dari semula di sektor informal kini memasuki sektor formal. Artinya, ada perubahan kebutuhan mendasar masyarakat, khususnya terkait dengan peningkatan dari sisi aktivitas ekonomi.
Oleh karena itu, ia melanjutkan, dibutuhkan realisasi investasi yang lebih baik lagi ke depannya untuk mendorong dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sedangkan pada tahun lalu, realisasi investasi sebesar Rp 283 triliun terutama didorong oleh investasi asing sebesar Rp 206,8 triliun. Adapun penanaman modal dalam negeri menyumbang 30 persen terhadap total investasi pada tahun lalu sebanyak atau senilai Rp 76 triliun.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu yang mencapai 6,23 persen itu perlu diapresiasi karena di tengah anjloknya ekonomi dunia. Indonesia menjadi negara kedua dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi setelah Cina. "Pertumbuhan masih didorong konsumsi masyarakat yang tetap kuat dan investasi yang terus tumbuh," ujarnya.
Tahun ini, Hatta optimistis investasi masih akan mengalir deras ke Tanah Air dan diharapkan dapat menutup defisit neraca perdagangan. "Current account deficit harus ditambal dengan transaksi modal," kata Hatta. Dia menyatakan, belanja modal pemerintah harus di atas 90 persen pada 2013 untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi.
FIONA PUTRI HASYIM | ANGGA SUKMA WIJAYA