TEMPO.CO, Jakarta-PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menargetkan dapat memeringkat 90 badan usaha milik negara (BUMN) pada tahun ini. "Dengan target itu berarti kami sudah mencakup pasar BUMN yang cukup banyak, dari 140-an BUMN yang ada," kata Direktur Utama Pefindo Ronald T Kasim saat menggelar jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Ia optimistis separuh dari target pemeringkatan itu bisa tercapai. Ronald menambahkan saat ini lembaganya sudah memberikan peringkat terhadap 36 BUMN. Dari jumlah itu, sekitar 27 sudah dipublikasikan. Selain itu, 19 BUMN dalam proses pemeringkatan. “Diperkirakan ada tambahan sekitar 38 BUMN yang akan diberikan peringkat."
Menurut Ronald, hampir semua sektor BUMN yang diberikan rating. Mulai dari industri pengadaan listrik, pupuk, perkebunan,informasi dan komunikasi, pertambangan, jalan tol, konstruksi dan farmasi. Sementara untuk sektor keuangan mencakup industri perbankan, jasa pembiayaan, asuransi dan sekuritas.
Sementara penilaian peringkat saat ini didominasi oleh kategori A. Peringkat yang baik ini bisa ditentukan oleh dua faktor yaitu adanya dukungan pemerintah seperti di BUMN listrik, pupuk, perbankan dan asuransi sosial. Kedua karena memang kinerja BUMN itu sendiri yang baik seperti PT Telkom.
“Untuk faktor kedua ini tak terlepas dari imbauah Menteri BUMN Dahlan Iskan agar BUMN diberikan peringkat atas kinerjanya.” Pemberian peringkat menurut Ronald juga untuk melengkapi kebutuhan perusahaan seperti untuk menerbitkan surat utang dan lainnya.
Sepanjang 2012, Pefindo menangani pemeringkatan penerbitan surat utang senilai Rp 66,74 triliun. Ini merupakan 91 persen dari total penerbitan surat utang nasional yang mencapai Rp 72,92 triliun. Jumlah perusahaan yang telah selesai diperingkat sebanyak 68 perusahaan.
Pefindo juga melakukan valuasi saham terhadap 55 emiten dan menerbitkan 6 laporan publikasi riset. Terdiri dari analisa industri, makro ekonomi dan pasar obligasi Indonesia. Hingga Januari ini, ia mengaku telah mendapat mandat untuk memberikan peringkat penerbitan obligasi senilai Rp 5 triliun dari enam6 perusahaan di sektor perbankan, konstruksi, makanan dan minuman serta bahan kimia.
GUSTIDHA BUDIARTIE