TEMPO.CO, Leicester - Ilmuwan Inggris mengidentifikasi varietas beras aromatik dengan kadar arsenik yang sangat rendah, namun memiliki konsentrasi nutrisi esensial, selenium dan zinc lebih tinggi. Konsentrasi arsenik pada beras aromatik asal Bangladesh itu jauh lebih rendah daripada yang ditemukan dalam beras non-aromatik.
Laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Biomedical Spectroscopy and Imaging, pekan ini, mengungkap hasil riset tim ilmuwan Dr.Parvez Haris dari De Monfort University, Leicester, Inggris. Penelitian itu berupaya menghilangkan arsenik dari air dan mencari cara untuk mengurangi paparan arsenik pada manusia lewat pola makan.
Baca Juga:
Jutaan orang di dunia secara reguler terpapar zat beracun itu lewat air minum dan mengonsumsi beras yang tumbuh di tanah dan air yang mengandung arsenik dalam konsentrasi tinggi. Paparan arsenik dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan beberapa jenis kanker, atau masalah kesehatan serius lain seperti penyakit kardiovaskuler dan neurologis.
Nasi atau beras adalah makanan pokok lebih dari tiga miliar orang di seluruh dunia. Beras dilaporkan sebagai sereal dengan kandungan arsenik tertinggi karena tanaman padi banyak menyerap arsenik dari media tumbuhnya. Penduduk Bangladesh mengonsumsi hampir setengah kilogram beras per hari.
Haris dan timnya mendemonstrasikan bahwa paparan varietas padi mengandung arsenik anorganik toksik jauh lebih besar pada orang yang makanan pokoknya nasi. Pada penelitian sebelumnya, tim De Montfort University telah mengidentifikasi varietas rendah arsenik namun tinggi unsur esensial seperti selenium dan zinc.
Mereka melakukan penelitian pada beras dari kawasan Sylhet di timur laut Bangladesh, yang konsentrasi arsenik dalam air tanahnya relatif rendah. Mereka menganalisis 98 sampel beras menggunakan teknik Inductively Coupled Plasma - Mass Spectrometry (ICP-MS) untuk mengetahui total arsenik.
Hasilnya menunjukkan beras Sylheti memiliki kadar arsenik lebih rendah daripada tipe beras serupa dari wilayah lain. Konsentrasi arsenik pada beras aromatik itu 40 persen lebih rendah daripada varietas non-aromatik dan kaya selenium serta zinc.
“Temuan ini sangat penting karena konsumsi berats aromatik ini tak hanya mengurangi paparan arsenik pada manusia, namun juga meningkatkan asupan zinc dan selenium,” kata Haris.
SCIENCEDAILY | IOS Press BV | TJANDRA