TEMPO.CO, Bojonegoro - Permukaan air di Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro meningkat hingga 14.39 phielschaal atau siaga II banjir pada Sabtu, 16 Februari 2013. Kenaikan permukaan air ini disebabkan hujan deras yang turun di hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
Posisi siaga II banjir menyebabkan sejumlah titik perkampungan di pinggir Bengawan Solo di Bojonegoro mulai terendam banjir. Di antaranya di Kecamatan Kalitidu, Malo, Trucuk, sebagian di Dander, Kota Bojonegoro, dan di Kanor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro terus memantau perkembangan air dari hulu sungai, dari Kabupaten Ngawi, juga di Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, hingga di pengukuran permukaan air di sebelah utara Pasar Besar Bojonegoro.
Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPDSA) Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, tinggi permukaan Sungai Bengawan Solo terus meningkat. Misalnya, di pos pantau Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro pukul 06.00 WIB siaga II banjir. Untuk pos pantau Karangnongko, Kecamatan Ngraho, pada jam yang sama, tinggi permukaan air yaitu 28.60 atau siaga I banjir. “Statusnya siaga II banjir,” ujar Kepala Seksi Operasional Unit Pelaksana Teknis BPSDA di Bojonegoro, Mucharom, kepada Tempo, hari ini.
Di sejumlah perkampungan di Kota Bojonegoro juga sudah mulai direndam banjir. Di Desa Ledokwetan, Ledokkulon, Jetak, dan sebagian di Kecamatan Kalitidu. Rata-rata banjir yang masuk ke perkampungan penduduk ketinggiannya sekitar 30 sentimeter. Tetapi, air kemungkinan akan terus naik jika melihat kondisi di Bengawan Solo.
Meski banjir telah datang, warga yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo tidak khawatir. Terutama areal perkampungan yang berada di dalam tanggul yang mengeliling Kota Bojonegoro. Maklum, banjir di kota ini sudah menjadi hal yang biasa. Terutama jika musim hujan datang. “Ya, biasa, banjir,” tutur Yono, warga kampung Ledok Wetan, Bojonegoro.
Selama tahun ini, banjir di Bojonegoro sudah terjadi dua kali ini. Yang cukup besar terjadi pada pekan ke empat bulan lalu. Ketinggian air di permukaan Bengawan Solo, yaitu 14,97 phielschaal, atau kurang 3 sentimeter untuk Siaga 3. Bahkan, sirine lampu merah yang dipasang di papan duga di utara Pasar Besar Kota Bojonegoro sudah berbunyi. Ketika itu, lebih dari 4.000 hektare tanaman padi siap panen direndam banjir.
Bencana banjir di Kabupaten Bojonegoro bisa meluas di beberapa titik. Karena sekarang ini pusat banjir tidak hanya dari Sungai Bengawan Solo, tetapi juga dari delapan anak Sungai Bengawan Solo. Misalnya, Sungai Mekuris, Sungai Semarmendem, Sungai Kunci, Sungai Kalitidu, Sungai Kuncen, Sungai Pacal, dan Sungai Kening. Untuk itu, genangan banjir bisa saja tidak hanya dirasakan warga di bantaran Bengawan Solo, tetapi juga warga di permukiman yang ada di sungai-sungai di Bojonegoro.
SUJATMIKO