TEMPO.CO, Bojonegoro - Luapan Sungai Bengawan Solo, setelah hujan mengguyur hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, terus meluas. Banjir menggenangi perumahan penduduk di Bojonegoro, terutama yang berlokasi di bantaran sungai, hingga ketinggian 1,5 meter. Data di papan duga di sebelah utara Pasar Besar Kota Bojonegoro mencapai 15,25 phielschaal atau masuk siaga III terhitung pukul 06.00 waktu setempat.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, pada Sabtu malam juga telah berkeliling ke sejumlah perkampungan di bantaran Sungai Bengawan Solo. Beberapa lokasi rawan banjir akan dibangun sejumlah tenda darurat, dapur umum, juga obat-obatan. ”Kita turun langsung,” kata Suyoto melalui pesan pendek di telepon yang disebar pada Sabtu malam, 16 Februari 2013.
Pemerintah Bojonegoro telah menyerukan waspada luapan Sungai Bengawan Solo. Pintu-pintu air di tanggul yang melingkari Kota Bojonegoro sudah dipasangi karung berisi pasir. Tanggul darurat tersebut untuk membendung agar air tidak mengalir ke dalam kota yang relatif rendah.
Sedangkan tiga pintu air utama, yaitu di pintu tanggul Gardu Suto, Jalan K.H. Mas Mansyur; pintu air di Jalan Jaksa Agung Suprapto; dan pintu air di Pasar Tambakrejo, sudah ditutup rapat. Petugas dari Dinas Pengairan Bojonegoro dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga bersiaga sejak Sabtu malam, 16 Februari 2013, hingga Minggu dinihari, 17 Februari 2013.
Perkampungan di Ledok Wetan, tepatnya di Jalan Matekram, sudah penuh sesak dengan pengungsi yang membuat tenda-tenda darurat. Pengguna jalan yang melintas di tanggul yang dibuat jalan tersebut ditutup total. Maklum, perkampungan di sekitar lokasi tersebut ketinggian airnya mencapai 1 hingga 1,5 meter. Warga telah mengungsikan sejumlah alat rumah tangga, terutama barang-barang elektronik. “Ini kerjaan rutin tiap banjir datang,” Bakri, warga Ledok Wetan, Bojonegoro, menegaskan pada Tempo, Minggu, 17 Februari 2013.
Di Kampung Jetak, warga yang menempat bantaran Bengawan Solo juga telah mengungsikan barang-barangnya. Kebetulan lokasinya berada di pinggir jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sedangkan di Desa Mulyoagung, Kecamatan Kota, banjir juga membuat perkampungan penduduk terendam sekitar 60 sentimeter hingga satu meter.
Dengan kondisi air Bengawan Solo yang penuh, akan rawan banjir besar jika turun hujan. Terutama hujan lokasi dari sejumlah kecamatan di Bojonegoro, yang berlokasi di sebelah selatan. Sebab, hujan akan memicu banjir besar. Salurannya, yaitu lewat anak Sungai Bengawan Solo, yang tercatat ada delapan anak sungai. Di antaranya, Sungai Kening, Semarmendem, dan Pacal.
SUJATMIKO