TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasentiantono menilai Menteri Agus Martowardojo lebih cocok menjadi Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Dengan latar belakang kuat di bank komersial, Agus justru lebih cocok jadi Ketua OJK, karena menyangkut pengawasan perbankan komersial," kata Tony kepada Tempo, Sabtu, 23 Februari 2013.
Hal ini merespons Menteri Agus sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia yang diajukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Usulan tersebut telah disampaikan secara resmi ke DPR, kemarin.
Menteri Agus akan menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan di Senayan. Jika disetujui DPR, Agus akan memimpin Bank Sentral menggantikan posisi Darmin Nasution yang habis masa jabatan pada 22 Mei 2013.
Lebih jauh Tony menyatakan heran dengan keputusan Presiden tersebut. Ia bisa memahami pertimbangan Presiden ketika mengajukan Boediono sebagai calon tunggal pada 2008 silam, tapi tidak kali ini.
"Dulu, tahun 2008 SBY mengajukan Boediono karena memang dia paling layak saat itu. Namun kali ini, harus diakui Agus Marto tidak memiliki background yang strong untuk bidang ekonomi makro dan moneter," ucapnya.
Tony merekomendasikan Agus Marto tetap menjabat Menteri Keuangan dan Darmin Nasution tetap Gubernur BI. Alasannya, kinerja keduanya baik dan sedang mempersiapkan rencana jangka panjang 10 tahun yakni redenominasi rupiah. "Biarkan mereka berdua mengawal tahun-tahun permulaan proses redenominasi, sebelum kelak dilanjutkan penerusnya.”
Hingga kini, Tony masih sulit menebak strategi di balik keputusan Presiden tersebut. Ia tak yakin Agus Marto coba digeser karena tak sejalan dengan Pemerintah soal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.
"Kalau soal harga BBM, siapa pun yang jadi Menkeu pasti ingin menaikkannya. Karena subsidi sudah terlalu besar dan tidak rasional. Menkeu akan dianggap tidak pintar jika ngotot memberi subsidi BBM yang jumlahnya terus membengkak. Sistem kuota pasti akan jebol," katanya.
MARTHA THERTINA