Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jasad Anak Pemulung Ditahan 7 Jam di RS Budhi Asih

image-gnews
TEMPO/Andry Prasetyo
TEMPO/Andry Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sengsara benar menjadi Wawan, 11 tahun. Penyandang tunawicara sejak kecil itu sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Untuk selingan, anak yang tinggal di permukiman pemulung Kebagusan Raya, Pasar Minggu, itu bersekolah di Sanggar Langit Biru Kebagusan. 

Pada Rabu lalu, 20 Februari 2013, ia terkena tetanus. Kuman itu masuk melalui luka di lengannya akibat tergores seng sekitar tiga hari sebelumnya. Ia pun dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih, Jakarta Timur. Jumat lalu, 22 Februari 2013, Wawan meninggal.

Sengsara benar menjadi Wawan, bahkan sesudah ia meninggal. Selama tujuh jam jasadnya tertahan di kamar mayat rumah sakit. Padahal, untuk mengeluarkan jenazah, biasanya cuma perlu 2 jam saja. Meninggal sekitar pukul 14.00--beberapa jam setelah rumah sakit itu dikunjungi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi--jenazahnya baru bisa dibawa dari rumah sakit pada pukul 21.00.

Manajemen RS Budhi Asih menyatakan tidak tahu soal penahanan jenazah Wawan. "Saya perlu cek lagi," kata juru bicara RS Budhi Asih, Monang Sirait, Sabtu 23 Februari 2013. Namun Rendy Widanarto, 23 tahun, pengajar Wawan di Sanggar Langit Biru Kebagusan dan orang yang mengurus jenazahnya, memastikan muridnya meninggal di RS Budhi Asih. "Ada surat kematiannya," ujarnya.

Rendy mengungkapkan, rumah sakit menahan jenazah Wawan karena keluarga pemulung ini tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mencapai Rp 8,8 juta. Rumah sakit tidak membebaskan biaya perawatan anak miskin ini karena orang tua Wawan, Bento, tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta. “Ayah dia ber-KTP Indramayu,” kata Rendy saat ditemui Tempo di sanggar tersebut, di Kebagusan, Pasar Minggu, Sabtu 23 Februari 2013.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tanpa KTP DKI Jakarta, keluarga ini tak bisa memegang Kartu Jakarta Sehat yang dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta. Mereka juga tidak memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Rendy dan teman-temannya yang mengajar di sanggar anak jalanan itu akhirnya patungan. Terkumpullah Rp 600 ribu dan diserahkan ke rumah sakit. Setelah bernegosiasi, rumah sakit akhirnya mengizinkan jenazah Wawan dibawa pulang. “Kekurangannya akan diobrolkan lagi Senin besok dengan rumah sakit,” kata Rendy.

Rendy juga harus patungan lagi untuk menyewa mobil ambulans yang mengirim jenazah muridnya itu ke Indramayu, kampung halaman Wawan. Rumah sakit menawarkan sewa ambulans Rp 2 juta. Beruntung kemudian Rendy ditawari ambulans lain oleh sebuah yayasan dengan biaya sewa Rp 950 ribu. Jumat dinihari lalu, jenazah Wawan tiba di kampung halamannya dan dikuburkan Sabtu kemarin.

Kini Wawan sudah tenang. Simak berita layanan publik untuk warga miskin lainnya di sini.

M. ANDI PERDANA | SYAILENDRA | NURHASIM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

4 jam lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. Program ini diharapkan dapat mempercepat pemenuhan dokter spesialis di daerah-daerah tertinggal, perbatasan dan Kepulauan. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

9 jam lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

1 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

Bukan hanya masyarakat biasa, cuaca panas juga berpotensi menghambat tenaga medis memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.


Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Balita Palestina Leila Jeneid, yang menderita kekurangan gizi parah, menerima perawatan di Rumah Sakit Kamal Adwan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza di mana kekurangan makanan dan nutrisi penting telah menjadi perjuangan kolektif di daerah kantong tersebut, di Jalur Gaza utara, 26 Maret 2024. REUTERS/Osama Abu Rabee
Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara


Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

3 hari lalu

Dr. Adnan Al-Bursh. Istimewa
Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.


3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

6 hari lalu

Ilustrasi ruang tunggu di Rumah Sakit/ Bethsaida Hospital
3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri


Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

9 hari lalu

Ilustrasi - Ventilator rumah sakit. (ANTARA/Shutterstock/am)
Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.


1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

9 hari lalu

Ilustrasi ruang perawatan di rumah sakit.
1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.


PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

9 hari lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB


Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

15 hari lalu

Raden Ajeng Kartini bersama dua saudarinya Kardinah dan Roekmini. Wikipedia/Tropenmuseum
Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

Meski dari kalangan bangsawan, keluarga Kartini ini kerap membantu masyarakat. Namun adik Kartini dipersekusi dan darak keliling kota hingga trauma.