TEMPO.CO, Tel Aviv - Pemerintah Palestina menuduh bahwa pria Palestina yang tewas dalam penjara bukan karena serangan jantung seperti yang disebutkan Kementerian Kehakiman Israel, melainkan akibat disiksa Israel.
Hasil otopsi terhadap mayat Arafat Jaradat menunjukkan adanya penyiksaan parah yang menyebabkan tulang dalam tubuhnya patah dan mukanya lebam. Meski kondisi jantung bagus, Menteri Urusan Tahanan Issa Qaraqaa memaparkannya mengutip keterangan dokter yang ikut melakukan otopsi.
"Hasil otopsi membuktikan bahwa Israel membunuhnya," kata Qaraqaa dalam jumpa pers, Ahad, 24 Februari 2013.
Jaradat meninggal pada Sabtu, 23 Februari 2013, di dalam penjara Israel. Menurut keterangan sipir penjara, dia meninggal akibat serangan jantung.
Kementeritan Kesehatan Israel dalam pernyataan kepada media massa seusai otopsi Jaradat mengatakan, hasil temuan awal belum bisa dijadikan kesimpulan mengenai penyebab kematian, tetapi tulang patah atau memar merupakan akibat dari resusitasi.
Menurut Dinas Intelijen Israel, Shin Bet, pria berusia 30 tahun asal Sair dekat Hebron di daerah pendudukan Tepi Barat ini ditahan Israel Senin pekan lalu karena dituduh terlibat dalam sebuah serangan lemparan batu pada November 2012, yang menyebabkan seorang serdadu Israel terluka.
Kabar kematian Jaradat tak pelak menimbulkan amarah rakyat Palestina. Mereka menyerang tentara Israel yang berada di daerah pendudukan Tepi Barat dengan lemparan batu, Ahad, 24 Februari 2013.
Dalam insiden lempar batu tersebut, petugas kesehatan Palestina memaparkan, dua warga Palestina cedera akibat tembakan senjata api tentara Israel, termasuk pemuda berusia 15 tahun yang cedera ditembak di bagian dada.
AL JAZEERA | CHOIRUL