TEMPO.CO, Surabaya- PT Pelabuhan Indonesia III (persero) bakal menggunakan automatic stacking crane (ASC) pertama kalinya di Indonesia. ASC merupakan alat penunjang angkat dan angkut yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Pengoperasiannya dilakukan dari dalam ruang kendali, terpisah dari unit ASC.
"Di dunia hanya Jerman, Arab Saudi dan Spanyol yang menggunakan ASC," kata Direktur Utama Pelindo III, Djarwo Surjanto, Kamis 28 Februari 2013.
Rencananya, unit ASC akan ditempatkan di Terminal Multipurpose Teluk Lamong dan jenis peralatan bongkar muat yang ramah lingkungan. Alat ini dioperasikan menggunakan tenaga listrik sehingga berpotensi mengurangi polusi dan emisi gas buang.
ASC merupakan satu dari beberapa unit peralatan pelabuhan yang akan didatangkan Pelindo III. Pihaknya telah menyiapkan anggaran senilai 162 juta dollar AS atau setara Rp 1,5 triliun guna pemenuhan alat angkat dan angkut serta sistem operasi di Termina Multipurpose Teluk Lamong.
Dana itu diperuntukkan untuk pengadaan 10 unit Ship to Shore Cran, 20 unit Automatic Stacking Crane, 5 unit Stradler Carrier, 50 unit Combine Terminal Tractor dan pengadaan terminal operating system. Djarwo telah menunjuk empat perusahaan untuk melakukan pekerjaan pengadaan peralatan serta sistem operasi di Terminal Teluk Lamong.
Pemenang lelang untuk pengadaan ship to shore crane, automatic stacking crane, dan stradler carrier adalah Konecranes, perusahaan asal Finlandia. Sementara pemenang lelang combine terminal tractor adalah Gaussin SA dari Perancis. Rencananya, besok akan diteken kontrak kerja dengan Konecranes. "Untuk pengadaan terminal operating system oleh Realtime Business Solution PTY asal Australia," ujarnya.
Realtime Business Solution menunjuk PT Primus Indonesia selaku perwakilan di Indonesia. Nantinya, konstruksi terminal operating system akan dikerjakan oleh PT Primus Indonesia. Pekerjaan pembangunan dibagi menjadi beberapa paket. Mencakup pembangunan dermaga internasional (paket A) sudah rampung 100 persen dan pembangunan dermaga domestik atau A' (A aksen) berjalan 39 persen yang dikerjakan PT Adhi Karya. Paket B meliputi pembangunan jembatan penghubung (cause way), lapangan penumpukan dan lapangan parkir yang telah berjalan 17,5 persen dikerjakan oleh PT PP dan Wijaya Karya.
Paket C pembangunan jembatan penghubung yang berjalan 52 persen dikerjakan oleh PT Nindya Karya. Paket D, gedung perkantoran dan masih tahap pelelangan. Paket E, pengerjaan alat angkat dan angkut serta sistem operasi Terminal Teluk Lamong. "April 2014 Terminal Teluk Lamong sudah bisa dioperasikan," ujarnya.
DIANANTA P. SUMEDI