TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan akan berupaya menekan biaya operasional rumah sakit di Jakarta dengan cara memaksimalkan fasilitas berupa pengadaan 1.000 ranjang.
"Jika rumah sakit A memiliki 200 bed (ranjang), rumah sakit B memiliki 300 bed, dan rumah sakit C memiliki 100 bed, akan mahal biayanya jika pengadaan barang berjalan sendiri-sendiri," kata dia seusai acara orasi ilmiah peringatan Dies Natalis ke-63 Fakultas Kedokteran di lobi aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.
Dahlan mengatakan, penggabungan pengadaan barang akan menghemat anggaran kesehatan sekaligus mendukung penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam menyambut peleburan PT Asuransi Kesehatan menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Ide ini, menurut Dahlan, merupakan ide revolusioner. "Saya baru dengar ide itu dari Prof Fatimah, FKUI, yang sudah memberikan contoh sukses di India," tuturnya.
Menurut Dahlan, Prof Fatimah adalah dokter bedah jantung dari FKUI yang pertama kali melontarkan gagasan itu dalam diskusi dengan para alumni FKUI. Dengan menyediakan minimal 1.000 ranjang di rumah sakit umum, biaya logistik akan turun sebanyak 80 persen, seperti di India, dan biaya operasi jantung hanya mencapai Rp 12 juta.
Dahlan menjelaskan, rencana koordinasi pengadaan barang ini akan menyatukan rumah sakit dalam satu jaringan pengadaan barang untuk menekan biaya logistik. "Tidak harus merger. Tapi, jika setuju, dalam tiga bulan saja, koordinasi sudah bisa dilaksanakan," katanya.
FIONA PUTRI HASYIM