TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute Development of Economy and Financial, Ahmad Erani Yustika, mengatakan, pemerintah harus mendukung kebijakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga patokan (BI Rate) 5,75 persen. "Karena sampai akhir tahun diperkirakan masih ada tekanan pada nilai tukar rupiah," kata dia, Kamis, 7 Maret 2013.
Langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah, dengan menjaga momentum investasi, mempertahankan konsumsi rumah tangga dan meningkatkan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target yang dipatok pemerintah sebelumnya di kisaran 6,6 persen hingga 6,8 persen.
Seperti diperkirakan sejumlah analis, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin memutuskan mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen. Suku bunga tersebut bertahan sejak Februari 2012 dan merupakan level terendah sepanjang sejarah.
Selain pertimbangan laju inflasi terkendali, bank sentral juga memperkirakan perekonomian bisa bertumbuh 6,2 persen pada kuartal pertama tahun ini. “Dengan didukung oleh konsumsi domestik,” kata juru bicara Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, dalam siaran pers kemarin.
Cadangan devisa sampai akhir Februari 2013 mencapai US$ 105,2 miliar. Jumlah itu setara dengan 5,7 bulan impor. Selain itu pembayaran utang luar negeri pemerintah dinilai di atas standar kecukupan internasional.
Ekonom Standard Chartered, Erick Sugandi, memperkirakan, ekonomi bisa tumbuh 6,5 persen hingga akhir tahun karena terdongkrak konsumsi pemilihan umum. "Ada belanja tambahan dari kebutuhan Pemilu pada kuartal 4 tahun 2013 dan kuartal 1 tahun 2014," ujarnya.
Kepala Ekonom dari PT Bank Mandiri Tbk., Destry Damayanti memprediksi pertumbuhan ekonomi pada semester pertama tahun ini tumbuh sekitar 6,1 - 6,2 persen. Dari sisi eksternal, belum ada perbaikan atas neraca transaksi berjalan. "Belum lagi harga komoditi belum memulihkan ekspor padahal impor minyak dan gas masih terus berlanjut," kata dia.
AYU PRIMA SANDI | MARTHA THERTINA