TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tamaloga, menuturkan bentrokan antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI terjadi karena kedua institusi tersebut kekurangan personel perempuan. Menurut dia, jika banyak perempuan, atmosfer hubungan dua lembaga tersebut lebih damai, dan tidak bersifat maskulin yang sifatnya sering menyerang.
"Sayangnya perempuan di kedua institusi ini hanya menduduki posisi paling tinggi di bintang satu," kata Thamrin dalam diskusi Sindo Radio bertajuk "Cerita Lama Polisi dan Tentara", Sabtu, 9 Maret 2013. Thamrin jarang sekali melihat perempuan menduduki posisi bintang dua atau lebih tinggi lagi dibandingkan rekan-rekannya yang laki-laki.
Selain kurangnya personel perempuan, menurut Thamrin, bentrokan juga sering terjadi karena perebutan upeti lahan perkebunan atau pertambangan antara TNI dan Polri. Di sisi lain, sistem pendidikan yang minim pelajaran mengenai hak asasi manusia juga menyebabkan aparat bersifat arogan dan mau menang sendiri.
Pengamat kepolisian, Komisaris Besar (Purn) Alfons Loemau, juga membenarkan pendapat bahwa kedua lembaga ini akan lebih damai jika banyak perempuan. Menurut dia, perempuan lebih mampu mengontrol emosi dan rasionya dengan baik. Perempuan juga mempunyai rasa malu yang tinggi jika menghadapi suatu masalah sehingga enggan berkonflik.
"Lihat saja waktu demonstrasi, segarang apa pun demonstran akan tunduk di depan Polwan," kata Alfons. Dia mencontohkan sewaktu sidang Ariel Noah yang diiringi aksi dari FPI, polisi wanita berada di garda depan penjagaan. Menurut dia, inilah yang menyebabkan situasi menjadi lebih terjaga.
Sebelumnya, Markas Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu diserang dua batalion TNI AD. Mereka membakar kantor serta memukuli sejumlah anggota kepolisian. Penyerangan dipicu oleh peristiwa penembakan anggota TNI, Prajurit Satu Heru Oktavianus, oleh anggota Polres OKU, Brigadir Wijaya, dua bulan lalu. Meski telah dua bulan berlalu, proses hukum terhadap Brigadir Wijaya tak jelas ujungnya. Hal tersebut membuat rekan-rekan Heru marah dan berujung pada penyerbuan markas kepolisian setempat. Sejumlah pihak khawatir konflik tersebut merembet ke daerah lain. Simak berita bentrokan TNI dan polisi di sini.
SUNDARI
Baca juga:
Edisi Khusus Densus 88
Polisi Lalu Lintas Polres OKU Menghilang
Aktor Utama Penyerangan Mapolres OKU Bertambah
Sekolah di Sekitar Mapolres OKU Diliburkan