TEMPO.CO, Jakarta-Wakil Direktur Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, mengaku tidak terkejut dengan mundurnya program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. “Program ini dari awal terlihat kurang serius karena cetak biru hingga kini belum ada,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Komaidi menambahkan cetak biru program merupakan dasar yang akan digunakan untuik menurunkan anggaran. Selain itu, cetak biru juga akan digunakan oleh parlemen untuk melakukan cek dan ricek program.
Ia pesimistis program ini bisa terealisasi tahun ini. Menurut Komaidi, banyak program dan kebijakan pemerintah yang terkait BBM tidak terealisasi dan hanya sebatas wacana. “Semoga terealisasi sesuai jadwal. Kalau dari yang sudah-sudah sebenarnya pesimistis.”
Ia mengaku heran mengapa program konversi ini mundur. Komaidi menilai pemerintah seharusnya melakukan koordinasi lintas sektor dengan sektor transportasi, keuangan serta swasta nasional sebagai pemangku kepentingan dalam program ini. “Hasil koordinasi inilah yang nantinya dilaksanakan pemerintah,” katanya.
ANANDA TERESIA