TEMPO.CO, Jakarta - Tak banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi lonjakan harga bawang putih selain menunggu datangnya produk impor. "Itu yang akan kami dahulukan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi melalui pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 13 Maret 2013.
Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor 29.136 ton bawang putih bagi 16 perusahaan. Jumlah tersebut baru 18,21 persen dari 160 ribu ton bawang putih yang diperbolehkan masuk ke Nusantara hingga Juni nanti. Sedangkan importasi tahap selanjutnya masih menunggu terbitnya rekomendasi impor produk hortikultura dari Kementerian Pertanian.
"Pengiriman yang sudah masuk dan akan segera masuk mencapai lebih 200 kontainer," kata Bayu.
Bawang putih yang berasal dari Cina dan India itu masuk melalui empat pintu yang dibuka untuk impor produk hortikultura, yakni Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Belawan Medan, dan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.
Bayu juga menyatakan, lebih dari 95 persen bawang putih yang dikonsumsi penduduk Indonesia sebenarnya adalah produk impor. "Kementerian Pertanian melaporkan, praktis tidak ada peningkatan produksi yang berarti," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2012, Indonesia mengimpor 415 ribu ton bawang putih dari beberapa negara dengan nilai US$ 242,3 juta atau senilai Rp 2,3 triliun. Mayoritas bawang putih impor berasal dari Cina, yaitu sebanyak 410 ribu ton dengan nilai US$ 239,4 juta atau Rp 2,27 triliun. Selain Cina, negara lain yang memasukkan bawang putih ke Indonesia adalah India, Malaysia, Pakistan, dan Thailand. Namun nilai importasi dari negara produsen ini tak terlalu signifikan.
Impor bawang putih dari India sepanjang tahun 2012 mencapai 3.424 ton dengan nilai US$ 1,7 juta, impor dari Malaysia sebanyak 1.124 ton dengan nilai US$ 1,1 juta, bawang putih dari Pakistan sebanyak 203 ton dengan nilai US$ 81,2 ribu, dan Thailand sebesar 58 ton dengan nilai US$ 37 ribu.
PINGIT ARIA