TEMPO.CO, Bandung-Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, menurunkan status Gunung Tangkubanparahu dari Waspada menjadi Normal. Dengan penurunan status tersebut kawasan tersebut dianggap sudah aman untuk kunjungan wisata. "(Kawasan wisata) boleh dibuka, tapi jangan turun ke kawah," kata Kepala PVMBG Dr Surono di kantornya di Bandung, Senin, 18 Maret 2013.
Status Normal diumumkan Senin, 18 Maret 2013, pukul 16.30 WIB. Sebelumnya Pusat Vulkanologi menaikkan status aktivitas Gunung Tangkubanparahu menjadi Waspada pada 21 Februari 2013. Sejak itu semua pengunjung larangan mendekati radius 1,5 kilometer dari Kawah Ratu, kawah utama gunung itu.
Surono menuturkan sejumlah aktivitas gunung itu mengalami penurunan dalam sepekan terakhir. Pantauan terakhir antara 14-18 Maret 2013, terpantau hanya sekali gempa vulkanik dalam, dan 14 kali gempa vulkanik dangkal. "Tidak lagi terekam tremor," kata Surono.
Gunung itu sempat menghasilkan letusan freatik, melontarkan abu dan pasir sebanyak 5 kali antara 21 Februari 2013 hingga 6 Maret 2013. Selama selang waktu itu, gunung itu tercatat menghasilkan 19 kali gempa vulkanik dalam, 52 kali gempa vulkanik dangkal, 45 kali gempa hembusan asap, 32 kali tremor maksimum periodenya mencapa 92 menit. "Sejak 8 Maret 2013, gempa tremor sudah tidak terekam lagi," kata Surono.
Pengukuran deformasi gunung itu juga menunjukkan penurunan. Pada awal Maret pergeserannya dalam hitungan centimeter, sementara sepekan terakhir perubahannya hanya dalam hitungan milimeter. "Antara 0-5 milimeter, ini kecil sekali," kata Surono.
Pengukuran gas pun menunjukkan kecenderungan penurunan. Pengukuran gas SO2 yang sebelumnya sempat menembus 5,3 ton per hari, serta sempat di ikuti blazer atau semburan gas yang di ikuti suara desisan. Selepas letusan freatik gunung itu, semburan gas SO2 terpantau turun separuhnya menjadi 2,1 ton per hari, dan tidak terpantau lagi blazer. "Diduga sekarang sedang dalam proses keseimbangan," kata Surono.
Kendati sudah Normal, Pusat Vulkanologi mengimbau wisatawan tidak masuk ke daerah kawah aktif gunung Tangkubanparahu. Lembaga itu juga melarang menginap di seputaran kawah aktif. Semburan gas gunung itu relatif lebih besar dibandingkan saat gunung itu dalam kondisi Normal sebelum terjadinya letusan.
AHMAD FIKRI