TEMPO.CO, Kupang - Dua warga Desa Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan tewas karena kelaparan di tempat pengungsian pasca-bencana letusan Gunung Api Rokatenda.
"Sudah dua orang pengungsi Rokatenda yang meninggal karena kelaparan," kata Koordinator Justice and Peace Integrity of Creasion (JPIC), Sikka Pater Marsel Vande Raring, yang dihubungi wartawan, Kamis, 21 Maret 2013.
Menurut dia, pengungsi yang dilanda kelaparan serius itu bukan yang ditampung di posko penampungan pengungsi, tapi tersebar beberapa lokasi di Kota Maumere.
Korban tewas adalah Daniel Riba Brando dan Ibu Tia. Daniel meninggal dunia pada 15 Maret 2013, di Nangaliman, Beru, Nangahure. Sedangkan Ibu Tia meninggal dunia pada 17 Maret 2013, di Ropa, Maurole, Mukusaki wilayah Kabupaten Ende. "Saya yang kuburkan mereka berdua,” ujar Pater Marsel.
Pastor ini mengatakan terdapat 41 lokasi penampungan warga yang tidak pernah diperhatikan pemerintah. Mereka tinggal bersama keluarga dan ada yang tinggal di rumah-rumah kosong tak berpenghuni. "Mereka bukan di tempat pengungsian," ucap Pater Marsel.
Pater Marsel mengatakan ia sudah berusaha menemui para korban letusan Gunung Rokatenda di seluruh tempat tinggal dan tempat pengungsian mereka, dari Ende hingga Kota Maumere dan sekitarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Pieter Manuk mengaku kaget dan tidak percaya dengan laporan kematian korban letusan Gunung Rokatenda. Sebab, Pemerintah Provinsi NTT mempunyai stok beras sebanyak 100 ton di tiap kabupaten, yang dapat dipergunakan untuk para pengungsi Palue tersebut.
”Nanti saya cek informasi itu. Kalau memang terjadi seperti itu, kami akan segera ambil alih penanganannya,” tutur Pieter.
YOHANES SEO
Berita Terpopuler:
Mengapa Ibas Laporkan Yulianis ke Polisi
Ramai-ramai Patok 'Kebun Binatang' Djoko Susilo
Enam Pernyataan Soal Ibas dan Yulianis
Sakit Hati, Tersangka D Bunuh Bos Servis Komputer
Jokowi Tak Persoalkan Hengkangnya 90 Perusahaan
Pengganti Pramono Edhie di Tangan Presiden