TEMPO.CO, Gresik - PT Petrokimia Gresik berharap pemerintah pusat mengalokasikan subsidi untuk harga gas dari Lapangan Tiung Biru, Blok Cepu, milik Pertamina EP Cepu. Manajer Pengembangan Bisnis PT Petrokimia Gresik, Satriyo Nugroho, menegaskan harga gas dari Lapangan Tiung Biru sebesar US$ 10 per mmbtud dinilai sangat mahal dan tak ekonomis bagi pabrik pupuk.
Sebagai pembanding, kata Satriyo, Petrokimia telah menjalin kesepakatan yang tertuang dalam Head Of Aggreement (HOA) dengan Husky CNOOC Madura Limited, yang menetapkan harga gas senilai US$ 6 per mmbtud. Kenaikan hingga US$ 10, ujarnya, tak sebanding dengan harga pupuk yang diproduksi Petrokimia Gresik. Harga pupuk telah ditetapkan melalui skema harga eceran tertinggi (HET). "Kami harap ada subsidi dari pemerintah," kata Satriyo kepada Tempo, Jumat, 22 Maret 2013.
Produsen pupuk pelat merah itu memproduksi lima jenis pupuk, yang terbagi dalam pupuk subsidi dan nonsubsidi. Merujuk HET, harga pupuk jenis urea bersubsidi senilai Rp 1.800' SP-36 senilai Rp 2.000, ZA Rp 1.400, NPK Rp 2.300 dan Organik Rp 500. Sedangkan jenis urea nonsubsidi sebesar Rp 4.500, SP-36 Rp 4.200, ZA Rp 2.850, NPK Rp 4.550 dan Organik Rp 2.000.
Satriyo memastikan Petrokimia akan merugi tanpa ada subsidi tersebut karena perusahaan tak mungkin menaikkan harga melebihi ketentuan HET dari pemerintah. Harga menjadi tinggi lantaran Petrokimia sekaligus menanggung toll fee. Selain itu, belum ada kejelasan soal fasilitas pipa transmisi dan distribusi gas dari Lapangan Tiung Biru.
Satriyo mengatakan pihaknya mendengar PT Pertamina Gas akan membangun pipa gas dari Lapangan Tiung Biru ke Petrokimia. "Kami segera membikin kontrak analisis yang berisi masalah harga, fasilitas pipa, kepastian pasokan dan lainnya. Segera disampaikan ke Kementerian ESDM," ujarnya.
Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandi, menilai wajar sikap Petrokimia. Rudi mengatakan harga gas yang tinggi dari Tiung Biru sebagian dibebankan juga ke negara. Namun, kata Rudi, meski harganya mencapai US$ 10 per mmbtud, harga itu masih terlampau murah dibandingkan dengan harga gas ekspor yang mencapai US$ 17 per mmbtud. Dari kajian SKK Migas, posisi dan lokasi Tiung Biru lebih dekat dengan pabrik pupuk PKG serta produksinya dipercepat dan butuh kepastian pasarnya.
DIANANTA P. SUMEDI