TEMPO.CO, Bandung -Direktur Utama Bank BJB Bien Subiantoro mengatakan, Rapat Umum Pemegang Saham tahunan hari ini, 25 Maret 2013, memutuskan membagikan 56 persen dari laba bersih bank itu sebagai deviden tunai. "Nilai deviden yang dibagikan adalah Rp 663,8 miliar, " kata dia pada wartawan selepas rapat itu di Hotel Hyatt Bandung.
Adapun sisanya, 44 persen atau sebesar Rp 521,6 miliar, kata Bien, untuk cadangan umum, dalam hal ini menambah modal inti, Laba Bank BJB tahun 2012 seluruhnya Rp 1,193 triliun.
Tapi, deviden yang dibagikan mengacu pada laba perusahaan itu minus anak perusahaanya, yakni Rp 1,185 triliun. Bien mengatakan, baru tahun ini, laba bank bisa tembus Rp 1 triliun. Laba tahun ini terhitung tumbuh 24 persen dibandingkan laba 2011.
Pemerintah Jawa Barat yang memiliki porsi saham terbesar, yakni 38 persen, mendapat pembagian deviden sebagai Pendapatan Asli Daerahnya, tahun ini mencapai Rp 254 miliar, tahun sebelumnya hanya Rp 226,6 miliar. Deviden buat pemerintah Jawa Barat itu melampaui proyeksi semula yang hanya Rp 233,1 miliar karena laba bank itu naik.
Bien mengatakan, proporsi deviden bagi provinsi Banten dan kabuapten/ktoa, bervariasi bergantung proporsi sahamnya. Provinsi Banten misalnya, di posisi dua, mendapat deviden dari laba Bank BJB menjadi Rp 35,6 miliar. Selanjutnya kabupaten/kota (di Jawa Barat dan Banten) mendapat deviden sesuai proporsinya," kata dia.
Sementara deviden yang dibagikan pada pemegang saham umum yang membeli saham lewat bursa, mendapat pembagian Rp 68 per lembarnya. "Tahun 2011, Rp 61 per lembar, naik," kata Bien.
RUPS tahunan kali ini membahas 4 agenda pokok. Selain soal penepatan laba, lainnya mengenai persetujuan pemegang saham soal kinerja direksi dan pengawasan Dewan Komisaris, pemberian kuasa pada Dewan Komisaris untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik mengaudit laporan keuangan tahun 2013.
Serta laporan penggunaan dana hasil penawaran saham perdana yang aloaksinya 80 persennya sudah habis untuk kredit UMKM dan sisaya untuk pengembangan IT (10 persen) dan jaringan (10 persen).
Bien mengatakan, selama rapat berlangsung, tidak ada pembahasan soal-soal sensitif yang melibat Bank BJB, di antaranya soal kontroversi pembelian gedung di Jakarta, termasuk soal pemberian kredit pada Koperasi Bina Usaha di Sukabumi.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, rapat itu, di antaranya membahas soal pembagian peruntukan laba, termasuk laba yang sengaja dicadangkan uintuk pertambahan modal. Saat ditanya soal kontroversi gedung, Heryawan mengelak. "Soal gedung, tanyakan pada Pak Bien," kata dia.
AHMAD FIKRI