TEMPO.CO, Dubai - Iran, sekutu dekat Presiden Suriah Bashar al-Assad, Jumat 29 Maret 2013, menuduh Qatar mengintensifkan "pertumpahan darah" di Suriah karena memberikan dukungan kepada oposisi dengan mengizinkan pembukaan kedutaan pertamanya di Doha.
Pemimpin oposisi Suriah Moaz Alkhatib, yang kelompoknya diakui oleh Liga Arab sebagai satu-satunya wakil untuk Suriah, membuka kedutaan di Qatar, Rabu Maret 2013.
"Ini demi kepentingan Qatar untuk berhenti membuat aksi tergesa-gesa dan mengintensifkan pertumpahan darah di Suriah," kata kantor berita Iran, IRNA, mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Iran sangat mendukung Assad dalam konflik dua tahun yang awalnya bermula dari protes damai dan berubah menjadi pemberontakan bersenjata. Konflik ini menyebabkan lebih dari 70.000 orang tewas dan lebih dari 1 juta warganya mengungsi ke luar Suriah.
Dalam upaya memukul Assad secara politik, Liga Arab pada Selasa 26 Maret 2013 lalu memberikan jatah kursi Suriah kepada Alkhatib dalam pertemuan puncak negara-negara Teluk itu di Doha. Liga Arab juga mendukung pemberian bantuan militer kepada pemberontak Suriah.
Teheran, yang menyebut keputusan Liga Arab itu sebagai "pola perilaku berbahaya", telah berselisih dengan pemerintahan negara Barat dan Arab yang menyerukan agar Assad hengkang dari kursi kekuasaannya. Iran juga menuduh mereka mengobarkan terorisme di Suriah dengan mempersenjatai pemberontak.
Iran telah menekankan pentingnya pemilu dan reformasi di Suriah, namun tidak setuju dengan opsi penyingkiran Assad. Negara yang dipimpin Mahmud Ahmadinejad itu berpendapat, solusi untuk krisis Suriah tidak bisa dipaksakan dari pihak di luar negeri.
Reuters | Abdul Manan