TEMPO.CO, Jakarta - Klub-klub asal Liga Prima Indonesia (LPI) kecewa terhadap konsep unifikasi kompetisi yang ditetapkan dalam Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), 17 Maret lalu. KLB memang menetapkan bahwa kompetisi gabungan di musim mendatang akan diisi 18 klub asal Liga Super Indonesia, dan empat klub LPI.
"Perumusan unifikasi liga itu tidak berpijak pada asas profesionalisme. Konsep itu menimbulkan ketidakpastian bagi klub dalam menghormati kontrak kerjanya dengan para pemain atau staf," kata perwakilan Ketua klub LPI dan Divisi Utama Liga Prima Indonesia Sportindo, Gede Widiade, Sabtu, 30 Maret 2013.
Keberatan klub yang berada di bawah naungan LPIS itu sendiri telah disampaikan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo pada 27 Maret kemarin.
"Secara bisnis kami paham jika sebuah perusahaan akan mengalami likuidasi atau merugi. Sebab, seleksi alam dan persaingan usaha memang begitu. Tapi lain hal jika kami dipaksa mati atau tutup karena faktor egoisme sekelompok orang saja," kata pria yang juga Ketua Persebaya LPI itu lagi.
Konsep unifikasi liga yang dicapai di KLB sendiri adalah konsep yang ditawarkan Joko Driyono, Ketua PT Liga Indonesia, yang merupakan operator Liga Super Indonesia (LSI). Selain menyampaikan keberatan melalui surat resmi, beberapa klub LPI pun terlebih dahulu telah menyatakan keberatannya dan berniat mundur dari kompetisi.
Misalnya saja Persija LPI yang menyatakan vakum hingga batas yang belum ditentukan. Sebelumnya, klub Persema Malang juga sempat mengutarakan niat yang sama, namun membatalkannya.
Unifikasi liga memang menjadi salah satu syarat mutlak dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), agar Indonesia terhindar dari sanksi.
ARIE FIRDAUS
Berita terpopuler:
Timnas Lawan Belanda Terdaftar Resmi di FIFA
Rahmad Darmawan Latih Timnas SEA Games
Gresik Akan Curi Poin di Kandang Persib
Pires: Arsenal Harus Beli Pemain Inggris
Villas-Boas Antusias Mourinho Kembali ke Inggris