TEMPO.CO, San Francisco - Bercak kehijauan di permukaan Danau Erie sepintas terlihat seperti sebuah pola yang indah. Namun sebenarnya bercak kehijauan itu adalah indikasi bahwa danau, yang terletak di perbatasan antara provinsi Ontario di Kanada dan Ohio, Pennsylvania dan New York di Amerika Serikat tersebut, tengah diserang pertumbuhan populasi alga sehingga menutupi permukaan air.
Hasil riset terbaru menunjukkan, masalah yang disebabkan fenomena algal bloom yang berbahaya di Danau Erie itu diperkirakan akan bertambah buruk jika tidak segera ditangani.
Pada musim panas 2011, sebelah barat Danau Erie berubah menjadi hijau, ketika ledakan pertumbuhan populasi alga menutupi permukaan danau dan menumpuk di sepanjang tepi danau. Dalam laporan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, 1 April 2013, fenomena itu mencapai puncaknya ketika populasi alga menutupi area 2,5 kali lebih luas daripada algal bloom yang pernah terjadi di danau tersebut selama ini.
“Terdapat beberapa faktor yang berpadu menyebabkan ledakan populasi itu, dan kemungkinan peristiwa itu semakin bertambah luas dampaknya di masa depan,” kata Anna Michalak, peneliti di Carnegie Institution for Science di Stanford University di Amerika Serikat.
Fenomena itu terjadi karena perubahan praktek pertanian dalam beberapa tahun terakhir. “Makin banyak pupuk dari lahan pertanian di sekitarnya yang masuk ke danau dan mendorong ledakan pertumbuhan alga,” kata Michalak.
Melimpasnya pupuk dari lahan pertanian ke danau diperparah oleh badai musim semi pada 2011. Pada waktu itu, curah hujan sangat tinggi dalam periode waktu yang sangat pendek sehingga menggelontor pupuk dari ladang.
“Di danau, temperatur di atas rata-rata juga memicu pertumbuhan alga,” ujarnya. “Minimnya angin kencang mencegah danau teraduk, padahal peristiwa itu biasanya membuat alga terbenam ke dasar dan membawa air dari dasar ke permukaan.”
Fenomena ini kemungkinan semakin diperburuk oleh perubahan iklim global, yang diperkirakan akan membuat badai musim semi lebih besar, temperatur lebih hangat dan angin kencangh lebih sedikit di masa depan. “Penanganan perubahan iklim di tingkat global, akan menghasilkan efek penting di tingkat lokal,” kata Michalak.
LIVESCIENCE | TJANDRA