TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan, Mardjoko, menyatakan, kopi menjadi salah satu andalan ekspor nonmigas Indonesia. "Kontribusi naik terus selama 2007-2012," katanya dalam pelantikan pengurus Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (BPP AEKI), Selasa, 2 April 2013.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekspor kopi rata-rata mencapai 10,5 persen per tahun. Total kontribusi kopi untuk ekspor nonmigas pada 2012 naik 20,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$ 1,2 miliar. Namun, katanya, nilai tersebut masih tercatat kurang dari satu persen dalam total ekspor nonmigas.
Mardjoko menambahkan, kinerja ekspor kopi bisa dianggap menggembirakan, dengan volume 448 ribu ton tahun lalu. Meski demikian, menurut dia, Indonesia masih menghadapi masalah perkopian. "Menyangkut kandungan karbaril yang diterapkan Jepang," ucapnya.
Ia menyampaikan, Jepang hanya bersedia menerima kopi dengan kandungan karbaril maksimal 0,01 miligram per kilogram. Padahal, Eropa dan Amerika Serikat tidak menerapkan kebijakan seketat itu.
Menurut Mardjoko, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa masih mau menerima kopi dengan kandungan karbaril 0,1 miligram per kilogram. "Tantangannya sekarang adalah negosiasi dengan Jepang agar kopi kita bisa tetap masuk," kata Mardjoko.
MARIA YUNIAR