TEMPO.CO, Jakarta - Wajah Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro pucat pasi. Sesekali terlihat gurat kekesalan pada wajah pria kelahiran Palembang ini. Alasannya, rapat dengan Komisi VI DPR yang sebelumnya mengagendakan pembahasan tentang sawit dan karet berubah seketika menjadi persidangan dengan Ismed sebagai terdakwa.
Belum lagi rapat dimulai, para anggota Dewan mencecar Ismed. Mereka mempertanyakan pernyataan Ismed di media massa beberapa bulan lalu mengenai "pemalakan" oleh anggota DPR. Isu "pemalakan" ini sempat mencuat ketika Menteri BUMN Dahlan Iskan buka-bukaan atas adanya permintaan anggota Dewan kepada direksi-direksi BUMN.
Ismed ketika itu turut memberi pernyataan. Dia menyebutkan, ada permintaan patungan sebesar Rp 250 juta hingga Rp 1 miliar untuk anggota Dewan pada sekali rapat. Ismed juga sempat menyatakan pernah diminta jatah gula 20 ribu ton oleh anggota Dewan berinisial IS.
Tanpa berusaha mengembalikan sidang pada agenda awal, pemimpin rapat Erik Satrya Wardhana membiarkan rapat berjalan di luar agenda. "Ini penting supaya ada klarifikasi," kata Erik memberi alasan, Selasa, 2 April 2013. Hampir dua jam, sejak dimulai pada pukul 13.00, rapat ini berjalan seperti bola liar.
Anggota Fraksi Demokrat, Azam Azman Natawijaya, mengatakan, rapat belum bisa dilanjutkan sebelum masalah ini jelas. "Ini pencemaran nama baik, harus diselesaikan dulu," ujarnya. Azam memaksa Ismed untuk menjelaskan kebenaran pernyataan Ismed. "Komisi berapa, siapa orangnya, harus jelas supaya tidak simpang siur," katanya.
Beberapa anggota Dewan lainnya, seperti Chairuman Harahap dan Rachel Maryam Sayidina, juga meminta dilakukan rapat khusus di luar agenda sawit dan karet.
Ismed yang didera pertanyaan bertubi-tubi menyampaikan permintaan maafnya bila ada anggota DPR yang merasa dipojokkan dengan kabar itu. Ia menegaskan bahwa klarifikasi mengenai permintaan jatah telah disampaikannya di depan Badan Kehormatan. "Saya tidak pernah menyebut Komisi VI atau komisi tertentu, dan klarifikasi itu sudah saya sampaikan ke Badan Kehormatan dan telah tahap kesimpulan di sana," katanya.
Tak puas dengan jawaban Ismed, anggota komisi memutuskan mengusir Ismed sebelum masuk ke pembahasan sawit dan karet. Hanya Ferari Romawi dari Fraksi Partai Demokrat yang tidak menyetujui pengusiran itu.
Diusir, Ismed hanya pasrah. Setelah berpamitan dengan para anggota DPR, ia kemudian melangkah ke luar ruangan. "(Mengusir) itu hak DPR. Diusir, ya saya pulang. Saya masih banyak pekerjaan," katanya. Ia pun mengaku tidak kaget atas pengusiran itu. "Saya sudah ada firasat akan diusir."
ANANDA PUTRI
Berita terpopuler lainnya:
'Postingan Idjon Djanbi Tak Bisa Dipertanggungjawabkan'
Misteri Selongsong Peluru di Cebongan
Pati, Kota Seribu Paranormal
Bambang Pamungkas Pensiun dari Timnas Indonesia
Dari Singapura, Jokowi Belajar Bikin Taman