TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) menyatakan, produktivitas kopi Indonesia belum optimal. "Produksi masih 740 kilogram per hektare per tahun," kata Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) AEKI, Irfan Anwar, dalam pelantikan pengurus BPP AEKI dan diskusi umum sertifikasi kopi di kantornya, Selasa, 2 April 2013.
Ia menuturkan, produktivitas tersebut harus ditingkatkan minimal menjadi 1.000 kilogram per hektare per tahun. Selain itu, menurut Irfan, Indonesia harus memperluas pangsa pasar, baik di dalam maupun luar negeri.
Namun, Irfan mengatakan, ada tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Ia menjelaskan, pada 2015 mendatang, Indonesia dan negara-negara Asia lainnya akan memasuki pasar bebas. Kerja sama bilateral dan multilateral pun harus diperkuat. Salah satunya dengan Cina.
"Indonesia harus siap masuk pasar negara lain," ucap Irfan. Ia mengungkapkan, negara-negara konsumen seperti Jepang, Amerika Serikat, serta negara-negara Eropa telah menerapkan peraturan ketat terhadap kopi yang masuk.
Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Oesman Sapta Odang, menyatakan sedih melihat situasi ekonomi Indonesia. Ia menilai perekonomian dalam negeri sangat membutuhkan dukungan segala sektor. "Apalagi, saya sangat sedih dengan pertumbuhan ekonomi kita, belum seperti yang diinginkan, terutama untuk agro," ujarnya.
MARIA YUNIAR