TEMPO.CO, New York - Tim ilmuwan Amerika Serikat menemukan dua spesies baru ikan hiu lewat senjata tajam. Sejumlah koleksi senjata tajam yang terbuat dari gigi hiu mengungkapkan dua spesies hiu yang lenyap dari terumbu karang di Kiribati. Bahkan keberadaan dua jenis hiu itu sebelumnya tidak pernah diketahui oleh para ilmuwan.
Sampai sekitar 130 tahun lalu, penduduk Kepulauan Gilbert--yang membentuk sebagian besar Republik Kiribati di Samudera Pasifik--menggunakan gigi hiu hitam (Carcharhinus obscrus) dan hiu sirip totol (Carcharhinus sorrah) untuk membuat pedang, tombak, belati, dan senjata menakutkan lainnya.
Kini hiu sirip totol dapat ditemukan di perairan dekat Australia dan Indonesia. Sedangkan hiu hitam kerap terlihat beredar di perairan dekat Fiji. Namun, tidak satu pun di antara kedua spesies hiu itu yang sekarang dijumpai di sekitar Kiribati.
"Kami kehilangan dua spesies hiu, bahkan sebelum kami tahu mereka ada," kata Joshua Drew, seorang ahli ikan dari Universitas Columbia di Amerika Serikat, Kamis, 4 April 2013.
Drew mengatakan, hiu telah lama menjadi bagian utama dari budaya penduduk Kepulauan Gilbert. Predator utama di lautan itu banyak memainkan peran dalam berbagai mitos dan ritual di Kiribati. Adalah para penjelajah Eropa yang pertama kali mencatat kerajinan tangan senjata tajam dari gigi hiu saat mereka datang ke Kepulauan Gilbert pada akhir 1700-an.
Dalam catatan itu disebutkan, para penduduk lokal yang mahir membuat senjata akan melubangi gigi hiu pada bagian tengah. Mereka lantas mengaitkan beberapa gigi hiu pada sebilah kayu dengan serat kelapa dan rambut manusia. Hasilnya menakutkan. "Sebuah senjata dengan sisi bergerigi tajam," ujar Drew.
Penemuan dua spesies hiu berangkat dari ketidaksengajaan. Awalnya, Drew dan rekan-rekannya sedang mencari cara untuk memperkenalkan upaya konservasi hiu ke dalam budaya penduduk Kepulauan Gilbert. Ketika sedang mencari referensi di Museum Sejarah Alam di Chicago, seorang antropolog museum, Christopher Philipp, menawari mereka untuk melihat koleksi senjata kuno berbahan gigi hiu.
Drew langsung menyambar tawaran menarik tersebut. Bentuk, pola gerigi, dan fitur lain dari gigi hiu yang terpasang pada senjata tajam dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies hiu. Ini berarti Drew dan rekan-rekannya bisa mencari tahu jenis hiu apa saja yang sudah dikenal oleh penduduk Kepulauan Gilbert.
Menggunakan buku panduan lapangan dan koleksi rahang hiu milik museum, Drew dan timnya mengidentifikasi gigi dari delapan spesies hiu pada 122 senjata dan koleksi gigi dari Kepulauan Gilbert. Hiu silvertip (C. albimarginatus) merupakan spesies hiu yang paling umum digunakan. Gigi hiu itu menghiasi 34 senjata. Senjata juga dibuat dari gigi hiu moncong putih, hiu macan, hiu biru, dan hiu martil.
Yang paling mengejutkan tentu saja penemuan gigi hiu hitam dan hiu sirip totol. Sebab, Drew mengatakan, tidak ada ilmuwan yang pernah mencatat keberadaan dua spesies hiu tersebut di terumbu karang Kepulauan Gilbert.
"Tampaknya hiu hitam dan hiu sirip totol telah diburu sampai habis sebelum para ilmuwan mengetahui keberadaannya di daerah itu," tulis Drew dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE hari ini.
Perburuan hiu untuk diambil siripnya mulai berlaku intensif di Kepulauan Gilbert pada awal 1900-an. Tak terhitung berapa jumlah hiu yang tewas. Namun, pada dekade 1950, para nelayan telah mengumpulkan sekitar 3,5 ton sirip hiu dari perairan Kepulauan Gilbert. Itu baru siripnya. Bisa dibayangkan betapa masif perburuan hiu di sana. Kini para ilmuwan memperkirakan sekitar 100 juta hiu dibunuh setiap tahun di seluruh dunia.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI