TEMPO.CO, Jakarta - Chairman Institution of Railway Signal Engineer (IRSE) Indonesia, Adi Sufiadi Yusuf, mengatakan, perencanaan transportasi perkotaan kurang efektif. "Masih belum terpadu antarmoda," katanya dalam "Inauguration and Seminar of IRSE Indonesian Section", Kamis, 4 April 2013.
Menurut Adi, sistem transportasi massal tidak bisa dilakukan sepotong-potong. Perencanaan harus dilakukan secara terpadu, melibatkan bus, monorel, commuter, subway, serta kereta api jarak jauh.
Ia mengatakan, transportasi massal menjadi kebutuhan vital agar roda perekonomian tetap berjalan. Sarana transportasi massal menjadi penting karena adanya keterbatasan pengembangan transportasi jalan raya, terutama di perkotaan.
Adi menambahkan, pembangunan sistem transportasi massal padat modal, sehingga perlu skema pendanaan pemerintah dan swasta. Selain pendanaan, percepatan pembangunan transportasi massal harus diimbangi ketersediaan sumber daya manusia. "Dari jumlah dan kualifikasinya, saat ini dirasakan sangat kurang," ucapnya.
IRSE Indonesia, kata dia, akan bersinergi dengan perguruan tinggi serta lembaga pendidikan untuk mencetak tenaga ahli persinyalan dan telekomunikasi sistem transportasi massal. Ia menilai, penggunaan ahli dari luar negeri akan menyebabkan biaya tinggi (high cost) dalam pembangunan.
Untuk jangka pendek, IRSE Indonesia menargetkan dapat menghimpun tenaga ahli sinyal dan telekomunikasi sepanjang tahun ini. Pada 2014, Adi melanjutkan, IRSE Exams akan digelar agar tenaga ahli lokal bisa memperoleh sertifikat IRSE internasional. Sebagai rencana jangka panjang, IRSE menargetkan menjadi partner pemerintah untuk membangun standar persinyalan dan telekomunikasi di dalam negeri.
MARIA YUNIAR