TEMPO.CO, Medan - Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) Belawan menahan 21 warga negara Myanmar muslim, selepas bentrokan di dalam Rumah Detensi Imigran (Rudinem) Belawan, Sumatera Utara. Dalam bentrokan pada Jumat dinihari, 5 April 2013 itu, delapan imigran asal Myanmar etnik Buddha tewas.
"Mereka masih diperiksa," kata Kepala Resor KP3 Belawan Ajun Komisaris Besar Endro Kiswanto. Ke-21 warga Myanmar yang diperiksa, kata Endro, seluruhnya muslim.
Pemeriksaan terhadap para imigran asal Myanmar itu terkendala bahasa. Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Raden Heru Prakoso mengatakan para imigran hanya bisa berbahasa lokal. "Saya kira siang ini sudah ada penerjemah," kata Heru.
Dalam pengusutan itu, polisi telah melakukan olah tempat kejdian perkara. Polisi juga menyita rekaman circuit close television di dalam Rudinem. Menurut Endro, para imigran yang terlibat bentrokan menggunakan perangkat di kamar, seperti tempat tidur, sebagai senjata. "Memakai alat dari potongan tempat tidur," katanya.
Ke delapan jenazah imigran asal Myanmar telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Pringadi Medan. Identitas ke delapan korban yaitu Aye Win, Myo Oo, Min-min, San Iwin, Nawe, Aung Tan, Aung Thu Win, dan Win Tun. "Kami akan koordinasi dengan Kedutaan Myanmar untuk pengembalian jenazah," kata Endro.
SOETANA MONANG HASIBUAN