TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 40 grup band lokal dan mancanegara meramaikan Obscene Extreme Asia di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta, 6-7 April 2013. Festival berlangsung di lapangan terbuka sejak pagi hingga hampir tengah malam dengan dipotong jeda waktu salat.
Ade Hirmenio Adnis, penyelenggara acara ini, menargetkan 3.000 orang mendatangi festival. Tiket dilepas dengan harga Rp 140 ribu untuk satu hari dan Rp 250 ribu untuk dua hari pertunjukan.
Obscene Extreme digagas warga Republik Cek, Curby, dan digelar pertama kali di Trutnov, Republik Cek, pada 1999. Hingga kini ia sudah menampilkan lebih dari 500 band beraliran musik ekstrem, seperti grindcore, death metal, thrash metal, dan hardcore.
Obscene Extreme Asia adalah bagian dari Obscene Extreme World Tour 2013 untuk kawasan Asia. Menurut Ade, proses negosiasi untuk membawa festival ini ke Asia dilakukan sejak 2012. "Persiapannya sekitar empat bulan sejak Januari," kata gitaris band beraliran grindcore Noxa itu, Sabtu, 6 April 2013.
Curby akhirnya mau membuat acara ini di Jakarta karena banyak band Asia yang ingin tampil di Republik Cek, tapi tersandung masalah jarak dan mahalnya transportasi. Pada tahun ini, selain Republik Cek dan Indonesia, festival tersebut digelar di Meksiko dan Australia. Meksiko sudah menggelar festival pada 28-30 Maret 2013 lalu, Australia 12-13 April nanti dan Republik Cek 3-7 Juli mendatang.
Beberapa band luar negeri yang tampil di hari pertama adalah Rotten Sound (Finlandia), Agathocles (Belgia), Unholy Grave (Jepang), Touched By Nausea (Afrika Selatan), Masochist (Thailand), dan King Parrot (Australia).
Pada hari kedua, band mancanegara yang tampil, antara lain, Sarjan Hassan (Malaysia), WUU (Vietnam), Nahu (Korea Selatan), Compulsion To Kill (Malaysia), Wormrot (Singapura), Flagitious Idiosyncrasy In The Dilapidation (Jepang), dan Birdflesh (Swedia).
Sedangkan band lokal yang tampil, di antaranya, Siksa Kubur, Jasad, Carnivored, Rajasinga, Kontrasosial, Inlander, Marjinal, Noxa, Proletar, dan Bersimbah Darah.
EVIETA FADJAR