TEMPO.CO, Kediri - Kepindahan Ketua Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru, Yenny Wahid, ke Partai Demokrat mendapat dukungan dari pengurus Nahdlatul Ulama di wilayah Kediri. Mereka menilai langkah itu bisa membebaskan NU dari kungkungan politik Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Kediri, Achmad Subakir, mengatakan sikap politik Yenny Wahid ini patut diapresiasi. Sebagai organisasi terbuka dan besar, NU wajib mendorong kadernya berkiprah di dunia politik secara bebas. “Ini juga bisa membesarkan NU,” kata Subakir kepada Tempo, Selasa, 9 April 2013.
Menurut Subakir, langkah Yenny ini bepotensi diikuti massa NU di tingkat akar rumput. Mereka adalah orang-orang yang menghormati dan memberikan apresiasi besar terhadap Yenny sebagai keturunan KH Abdurrahman Wahid. Dengan demikian, setiap perilaku Yenny dianggap mewarisi sikap ayahnya yang patut diikuti.
Meski secara politik hal ini merugikan eksistensi PKB yang notabene adalah partai bentukan NU, tetapi tidak demikian dengan NU sendiri. Secara politik akses NU akan lebih luas dan berkembang.
Sikap serupa disampaikan anggota majelis pengagum Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gus Durian Kediri. Mereka tidak mempermasalahkan sikap politik Yenny yang bergabung dengan partai pemerintah.
Kebebasan sikap dan berpikir ini adalah bagian dari ajaran Gus Dur untuk tidak mengecualikan keputusan apa pun. “Kalau memang baik untuk Yenny, mengapa tidak,” kata Toro Sugandul, anggota Gus Durian Kediri.
HARI TRI WASONO
Topik terhangat:
Partai Demokrat | Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Berita lainnya:
3 Fakta Kapolda DIY Kontak Pangdam Sebelum Insiden
SBY: SMS Saya ke Anas Tidak Dibalas
Kisah Penjaga Mayat yang Memandikan Nurdin M Top
SBY Sudah Menduga Penyerang Cebongan Kopassus
SBY: Kami Menyayangi Anas Urbaningrum
Agustus, SBY Bakal Ganti Kapolri dan Panglima TNI