TEMPO.CO, Jakarta - Kota di Maluku Utara, Ternate dan Tidore, merayakan festival di bulan April ini. Ternate merayakan Festival Legu Gam 2013, dan Tidore dalam Festival Tidore 2013. Keduanya bertujuan mengangkat tujuan wisata pilihan wilayah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Ternate memulai festival Legu Gam pada 31 Maret dan akan berakhir pada 13 April mendatang. Sedangkan festival Tidore dimulai pada 1 hingga 12 April. Legu Gam menjadi tradisi dan adat istiadat Moloku Kie Raha (Maluku Utara) dan bertepatan dengan hari jadi Sultan Ternate ke-77, Sultan Mudaffar Sjah. Biasanya Festival Legu Gam berlangsung selama satu bulan, namun kali ini dipersingkat hanya dua minggu.
Festival Legu Gam tahun ke-11 ini diawali pawai obor Gam Ma Cahaya berupa arak-arakan obor dimulai dari halaman kedaton Kesultanan Ternate, disusul kirab budaya Pelangi Kie Raha yang merupakan penampilan ragam budaya dan adat Ternate.
Kegiatan Nasi Jaha terpanjang 10 kilometer juga menjadi agenda dalam festival ini, yang masuk dalam rekor Muri. Menurut istri Sultan Mudaffar Syah, Permaisuri Ratu Nita Budhi Susanto, acara ini menjadi acara puncak festival. Sajian kuliner khas Maluku Utara ini berupa nasi komposisi beras ketan dan santan kelapa dibalut pisang dalam gulungan bambu sepanjang 50 cm yang dimasak dengan cara dibakar.
Bambu ini dirangkai dari kawasan Bandara Ternate hingga ke depan kantor DPRD Maluku Utara. Warga dari setiap kelurahan akan mengolah sekira 60 ton nasi dalam 2.000 bambu. “Dipersiapkan massal dengan beberapa kelurahan pada setiap kecamatan di Kota Ternate,” kata Nita beberapa waktu lalu di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta.
Pada tanggal 10 April ini, terdapat kegiatan mengelilingi gunung dan pulau Ternate melalui lautan. “Ritual untuk memohon perlindungan dari Tuhan agar negeri ini terlindung dari marabahaya,” kata Nita mengenai kegiatan yang menggunakan perahu diiringi musik tradisional tersebut.
Menurut Arifin Djafar, ketua umum festival Legu Gam dan Wakil Wali Kota Ternate, festival ini ditargetkan menjadi acara terkemuka di Asia Tenggara. “Wisatawan mancanegara di tahun 2012 berjumlah 1.500 orang, “ katanya.
Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf, Esthy Reko Astuti, mengatakan perhelatan ini menjadi penting sebagai ajang untuk mempromosikan kekayaan sumber daya pariwisata di Maluku Utara secara nasional dan internasional.
Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara sejak didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Nama asli kerajaan ini Gapi, meski lebih dikenal dengan nama Ternate, nama ibu kotanya.
Masa kegemilangannya yaitu pada abad ke-13 hingga ke-17 dalam perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militer. Wilayah kekuasaannya membentang luas di wilayah Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur dan Sulawesi Tengah, hingga bagian selatan Kepulauan Filipina dan Kepulauan Marshall di Pasifik. Kini Sultan Mudaffar Sjah memimpin Kesultanan Ternate.
Sementara itu, festival Tidore juga digelar dari 1 sampai 12 April 2013. Tidore yang juga terletak di Maluku Utara ini telah menggelar festival dua kali.
Festival ini mengembalikan tradisi dan menyambut hari jadi Kota Tidore Kepulauan ke-905. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tidore Kepulauan, Asrul Sani Soleiman, penduduk Tidore adalah masyarakat asli, belum tercampur dengan suku lain. Penyelenggaraan festival adat sesuai dengan profil penduduk.
“Ini upaya kami ingin mengangkat kebudayaan Tidore sehingga masyarakat setempat kembali mengingat adat serta nilai-nilai luhur yang diajarkan nenek moyang,” ujarnya pada jumpa pers Festival Tidore di Gedung Sapta Pesona, belum lama ini.
Acara puncak perayaan Festival Tidore pada 11 April 2012 besok, yang dirayakan dengan festival obor sepanjang 35 km. Pada saat yang bersamaan, seluruh armada laut Kesultanan Tidore akan melakukan ritual mengelilingi pulau sambil membaca doa untuk keselamatan dan kemakmuran rakyat.
Tahun lalu, penyelenggaraan Festival Tidore mendatangkan lebih dari 1.000 wisatawan. “Target untuk festival ini sekitar 2.000 wisatawan,” kata Wali Kota Tidore H. Achmad Mahifa ketika memberikan keterangan kepada media di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif belum lama ini. Sampai saat ini Tidore tengah berbenah menyambut kedatangan wisatawan.
Keindahan alam Tidore menjadi keunggulan pariwisata, selain kebersihan kota yang telah meraih piala Adipura sebanyak enam kali. Selama ini, Tidore banyak dikunjungi wisatawan asal Belanda dan Australia yang mempelajari Ilmu antropologi dan sosiologi. Pemerintah Daerah Tidore akan memaksimalkan potensi pariwisata agar menjadi tujuan wisata pilihan wisatawan.
Kesultanan Tidore menjadi kerajaan Islam Nusantara yang berjaya pada abad ke-16 hingga ke-18. Daerah ini menguasai sebagian besar Halmahera bagian selatan, Pulau Buru, Ambon, dan pulau di pesisir Papua bagian barat. Di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (1657-1689), Tidore berhasil mengusir VOC hingga akhir abad ke-18.
Saat ini Tidore memiliki beragam potensi pariwisata berupa spot diving yang belum banyak didatangi penyelam, wisata sejarah dari delapan benteng peninggalan kolonial, wisata ziarah, agrowisata di pegunungan, air panas Kesahu, batik khas Tidore, Pulau Mare yang dihuni habitat lumba-lumba, dan para perajin gerabah yang telah aktif sejak masa Portugis.
EVIETA FADJAR