TEMPO.CO, Malang--Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi percontohan penerapan energi terbarukan. Pulau seluas 10.710 kilometer persegi ini bakal memanfaatkan energi terbarukan seperti sinar matahari, angin, air, biogas dan dan bahan bakar hayati (biofuel).
"Akses energi di Pulau Sumba masih rendah," kata Peneliti dari Utrech University Belanda, Dr. Tineke Lambooy saat pemaparan kepada para peneliti di Universitas Brawijaya Malang, Rabu 10 April 2013. Warga sulit mendapat pasokan listrik untuk kebutuhan keluarga, apalagi 20 persen penduduk merupakan warga miskin.
Menurutnya, hanya 24,5 persen warga Sumba yang bisa tersambung denga jaringan listrik. Utrech University bersama Lembaga Humanistisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking (HIVOS Indonesia) bekerjasama menerapkan energi terbarukan. Juga menggandeng pemerintah lokal dan nasional untuk mendukung gerakan energi terbarukan. Hasilnya sebanyak 93 unit reaktor biogas telah terpasang.
Pulau Sumba menjadi proyek percontohan untuk pengembangan energi terbarukan. Lantaran banyak sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan. Pembangunan sumber energi angin tengah direncanakan bersama PT Sumberdaya Sewatama perusahaan penyedia layanan energi alternatif. Juga dibangun Mikrohidro yakni pembangkit listrik tenaga air serta pembangkit listrik tenaga matahari kerjasama Kementerian Energi Sumber Daya Mineral dan PT PLN.
Selain itu, pembiayaan juga berasal tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) perusahaan di kawasan NTT dan sekitarnya.
EKO WIDIANTO
Topik Terhangat:
Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas