TEMPO.CO, Caracas -- Sembilan belas juta rakyat Venezuela dibangunkan dengan terompet ala militer, Minggu subuh lalu. Mereka diingatkan untuk datang ke tempat pemungutan suara guna memilih presiden baru pengganti Hugo Chavez yang wafat bulan lalu. Banyak pihak yang memperkirakan Nicolas Maduro, pengganti yang dipilih Chavez, akan mengalahkan lawannya, Henrique Capriles.
Wakil Serikat Negara-negara Amerika Selatan (Unasur), Carlos Alvarez, mengatakan sekitar 40 delegasi Unasur akan mendatangi tempat-tempat pemungutan suara yang tersebar di 11 negara bagian. Lebih dari 170 pengamat internasional hadir dalam pemilihan.
Maduro yang menikmati simpati terhadap Chavez unggul dalam beberapa jajak pendapat. Selama masa kampanye, Maduro, 50 tahun, berjanji meneruskan kebijakan untuk mengurangi kemiskinan dari 50 menjadi 29 persen melalui program kesehatan, pendidikan, dan pangan yang populer.
Chavez menunjuk Maduro, mantan sopir bus dan aktivis serikat pekerja, menjadi menteri luar negeri dan wakil presiden, lalu sebagai penggantinya pada Desember lalu, sebelum Chavez menjalani serangkaian operasi kanker. Chavez meninggal dunia 5 Maret lalu dalam usia 58 tahun.
“Commandante Chavez melimpahkan kepada saya tugas yang sulit dan saya menerimanya dengan senang hati,” kata Maduro dalam kampanye terakhirnya di Caracas, Sabtu lalu.
Sebaliknya, oposisi pimpinan Capriles berharap ketidakpuasan rakyat atas peningkatan angka pembunuhan, kekurangan pangan yang kronis, inflasi tinggi, serta seringnya pemadaman listrik akan memberinya kemenangan. Capriles yang kalah oleh Chavez pada pemilu Oktober tahun lalu yakin bisa menumbangkan kekuasaan kiri yang sudah memimpin Venezuela selama 14 tahun.
“Saya bukan oposisi, saya solusi,” kata Gubernur wilayah Miranda berusia 40 tahun yang mewakili wajah generasi muda dari oposisi itu.
Capriles mengecam pemerintah atas kesulitan ekonomi dan bertekad mengurangi bantuan bagi Kuba, yakni berupa kesepakatan mengirim 100 ribu barel minyak per hari dengan imbalan kiriman dokter dan para pakar dari Havana ke Caracas.
Meski demikian, banyak yang memperkirakan Maduro unggul tipis. “Maduro memiliki dua senjata penting: kata terakhir Chavez dan pemerintah,” kata Ifnacio Avalos, profesor Central University di Venezuela.
Jajak pendapat memperlihatkan keunggulan Maduro antara 10-20 poin. Survei terbaru yang dilakukan Dataanalisis menunjukkan keunggulan yang lebih tipis, yakni 9,7 poin.
REUTERS | LA PRENSA LATINA | NATALIA SANTI