TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa kecelakaan pesawat Lion Air di Bali diduga karena angin kencang. Ketika hendak mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, pesawat jenis Boeing 737-800 itu malah terempas ke laut.
Mengutip sumber yang dilansir Reuters, saat pesawat hendak mendarat, seolah ada angin yang kuat "menarik" badan pesawat. "Saat itu hujan deras sampai menutupi jarak pandang," ujar si sumber. Seketika pesawat kehilangan kendali dan mendarat di perairan dekat bandara.
Ketika badan pesawat seolah tertarik angin kencang, para penumpang mulai panik. Di ketinggian sekitar 200 kaki itu, terjadi goncangan dan tiba-tiba saja, "braak." Pesawat sudah mengapung di laut.
"Kami melihat bagian belakang pesawat berlubang," kata seorang penumpang, Tantri Widiastuti, 60 tahun. Pesawat yang lepas landas dari Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung itu, mengangkut 101 penumpang dan 7 awak.
Menurut Hugh Dibley, mantan Kapten British Airways yang juga ahli dalam masalah hilangnya kontrol pesawat, kadang-kadang angin kencang tidak bisa diprediksi. "Khususnya microburst dan downdraft yang seringkali terjadi di ketinggian tertentu," ujar Dibley.
Dia melanjutkan, melihat peta kondisi cuaca di kawasan Bali, angin bisa datang dari selatan ke tenggara, tetapi terkadang juga mengibas dari timur ke tenggara. Ini yang patut diperhatikan oleh pilot.
AMRI MAHBUB | REUTERS
Topik Terhangat:
Lion Air Jatuh || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita lainnya:
Majalah Tempo Hilang dari Peredaran
Gaun Agnes Monica di Film Tom Cruise, 'Berbahaya'
Kasus Cebongan, Menhan Dianggap Tak Paham HAM
3 Kunci Sukses Ujian Nasional ala @SBYudhoyono