TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Belanda melalui Center for The Promotion of Imports From Developing Countries (CBI) bekerja sama dengan Direktorat Jendral Kerjasama Industri Internasional di bidang industri menyiapkan program pelatihan untuk pelaku industri nasional. Penandatanganan nota kesepahaman pelatihan tersebut dilakukan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan dan Agus Tjahjana, Direktur Jendral Kerja Sama Industri Internasional. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menyaksikan penandatanganan kesepakatan tersebut.
"Nantinya perusahaan-perusahaan itu akan dilatih oleh CBI untuk menghasilkan produk yang layak untuk diekspor ke Eropa," ujar Hidayat di kantornya, Rabu 24 April 2013.
CBI akan melatih 20 perusahaan dari sector makanan serta 17 perusahaan metal. Kerjas ama yang berlangsung hingga 2016 ini bertujuan untuk menaikkan jumlah ekspor Indonesia ke Eropa. Harapannya jumlah ekspor produk makanan bisa mencapai 7-9 juta euro dan produk metal hingga 8,5 juta euro.
"Pasar Eropa mempunyai standar yang cukup tinggi, untuk itu CBI membantu kita," Hidayat menambahkan. Selain melatih perusahaan Indonesia, CBI juga akan membangun sentra usaha yang kemungkinan akan dibangun di Surabaya, Jawa Timur.
Menurut Hidayat, saat ini banyak pihak asing yang ingin melakukan kerjasama perdagangan dengan Indonesia. Hal ini disebabkan meningkatnya kelas menengah di Indonesia. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus membuat pilihan-pilihan agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar.
Saat ini, jumlah investasi yang sudah diberikan oleh pihak CBI sebesar USS 1 juta. Ke depan, Menteri Hidayat berharap dana ini bisa bertambah hingga 5 kali lipat. Sejarah hubungan bilateral yang cukup panjang antara keduanya membuat kerjasama ini diharapkan bisa terus berjalan. Untuk kedepannya, Menteri Hidayat berharap Indonesia bisa langsung mengekspor ke Eropa tanpa menggunakan perantara sepeti Singapura dan Belanda akan menjadi pintu masuk pasar Eropa bagi Indonesia.
"Hal ini sangat dimungkinkan, kerjasama dengan CBI adalah permulaannya," ujar Hidayat.
TIKA PRIMANDARI