TEMPO.CO, Taipei - Seorang pengusaha 53 tahun di Taiwan menjadi penderita pertama virus flu burung H7N9 di luar Cina daratan. Kata seroang pejabat Taiwan, pria itu sakit serius setelah kembali dari kota Suzhou, Cina.
Hingga pekan ini, Cina telah mengkonfirmasi ada 102 orang yang terjangkit Flu Burung varian H7N9 sejak awalnya dilaporkan pada Maret lalu. Korban tewas setidaknya sudah 20 orang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, penyebaran wabah ini lebih mudah dari unggas ke manusia.
Orang di Taiwan itu dibawa ke rumah sakit tiga hari setelah ia tiba dari Suzhou melalui Shanghai. "Dia tidak melakukan kontak dengan unggas, dan juga tak makan burung matang saat di Suzhou," kata Menteri Kesehatan Taiwan Chiu Wen-ta kepada media setempat.
Presiden Taiwan Ma Ying-jeou telah memerintahkan Departemen Kesehatan untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan.
Para ahli masih mencoba untuk memahami virus H7N9, dan belum ditentukan apakah virus itu bisa berpindah antarmanusia. "Ini jelas merupakan salah satu virus influenza paling mematikan yang kita lihat sejauh ini," kata ahli dari WHO, Dr Keiji Fukuda dalam konferensi pers di Beijing.
Dia menambahkan bahwa tim WHO baru mulai penyelidikan. Namun dia mengatakan bahwa berdasarkan bukti, "virus ini lebih mudah menular dari unggas ke manusia daripada H5N1", varian virus flu burung yang tersebar pada tahun 2003.
Dr Fukuda memimpin tim dari WHO pada satu minggu kunjungan Cina untuk belajar H7N9, bersama dengan para pejabat Cina dari Beijing dan Shanghai.
BBC | Abdul Manan