TEMPO.CO, Surabaya - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh tidak ingin persoalan ujian nasional ditarik ke ranah politik. Usul Dewan Perwakilan Rakyat yang meminta agar UN tidak dijadikan sebagai alat kelulusan ataupun masuk perguruan tinggi negeri dinilainya terlalu politis.
"Persoalan akademik kok ditarik ke politik. DPR kan politik," kata Nuh seusai menjadi keynote speaker di sarasehan Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya, Ahad, 28 April 2013.
Ia tak yakin usulan yang mengemuka di Senayan itu mewakili keinginan seluruh rakyat Indonesia. Meski demikian, Nuh akan tetap mempelajari kemungkinan tidak dijadikannya UN sebagai syarat kelulusan dan masuk perguruan tinggi negeri.
Nuh mengaku akan meminta pendapat daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan, dan perguruan tinggi negeri terkait dengan masalah ini. Selama ini, menurut Nuh, UN diminta menjadi bagian dari syarat kelulusan dan masuk perguruan tinggi negeri. "Saya pelajari semuanya, baru setelah itu saya sampaikan," kata Nuh.
Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini juga menganggap usul DPR justru mengecewakan siswa. Melalui UN, mereka sudah mempersiapkan diri dengan baik dan memiliki harapan untuk masuk perguruan tinggi negeri. "Permintaan DPR Komisi X untuk tidak jadi alat kelulusan, bagian dari masuk PTN itu mengecewakan karena (siswa) sudah fight," ujarnya.
Nuh menilai hal yang paling substantif dari UN adalah kerahasiaan naskah. Jika semua orang mengetahui naskah ujian, secara substantif makna ujian akan hilang. Sebaliknya, bila banyak yang belum mengetahui isi naskah, substansi UN masih bisa dipegang, meski ada pergeseran waktu dalam pelaksanaannya. Karena itu, Nuh menekankan supaya naskah ujian tidak bocor.
Menanggapi temuan Ombudsman Jawa Timur tentang indikasi kebocoran naskah UN, Nuh mengaku belum menerima laporan tersebut. Betul-tidaknya ada kebocoran masih harus dipastikan kembali. Beredarnya kunci jawaban pun tidak langsung dipercaya Nuh.
Menurutnya, ada 30 naskah yang disiapkan dengan 20 di antaranya yang diberikan secara acak untuk dikerjakan para siswa. Sehingga, kata dia, naskah yang dibagikan akan berbeda di dalam satu maupun antar-ruangan. "Enggak apa-apa, sampaikan saja. Akan kami lihat apa betul itu naskahnya atau ngarang-ngarang. Tapi saya belum tahu," katanya.
AGITA SUKMA LISTYANTI