TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Muamalat Tbk (BBMI) segera menambah modal melalui right issue. Bank yang 32,74 persen sahamnya dimiliki Islamic Development Bank (IDB) ini berniat meningkatkan modal intinya dari Rp 3,73 triliun pada 2012 menjadi Rp 5 triliun. "Kami ingin masuk ke BUKU 3," ucap Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arivin dalam paparan kinerja tahun 2012, di Jakarta, Senin, 29 April 2013.
Seperti diketahui, Bank Indonesia menerbitkan aturan izin berlapis (multiple license) dalam bisnis bank menjelang akhir 2012. BI mengelompokkan bank berdasarkan besaran modal intinya. Dalam masing-masing kelompok usaha tersebut terdapat kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank sesuai jumlah modal inti yang dimilikinya. BI mengatakan pengelompokan tersebut sebagai badan usaha kegiatan usaha (BUKU). Semakin besar modal inti, semakin leluasa bank tersebut dalam memberi layanan perbankan.
BUKU 1 berlaku untuk bank dengan modal inti Rp 100 miliar sampai kurang dari Rp 1 triliun. Buku 2 untuk bank bermodal inti Rp 1 triliun sampai kurang dari Rp 5 triliun. Buku 3 untuk bank bermodal inti Rp 5 triliun sampai kurang dari Rp 30 triliun dan BUKU 4 bank bermodal lebih besar dari Rp 30 triliun.
Arviyan menyatakan pihaknya masih mengkaji target penambahan modal melalui right issue tersebut. "Yang pasti akan tambah modal, jumlahnya masih kami kaji," katanya.
Saat ditanya soal pencatatan perusahaan (listing) di bursa, Arviyan menyatakan pihaknya juga masih mengkaji soal itu. "Nanti akan diputuskan belakangan," ucapnya. Meski berstatus perusahaan terbuka, Bank Muamalat belum tercatat sebagai perusahaan listed di bursa.
Director Compliance and Risk Management Bank Muamalat, Andi Buchari, menjelaskan bahwa Bank Muamalat sudah menunjuk Bahana Securities sebagai lead underwriter dan dua underwriter asing, yakni Credit Suisse serta Deutsche Bank, untuk keperluan right issue.
Menurut Andi, pihaknya sudah melakukan roadshow ke sejumlah negara, dari Hong Kong, Malaysia dan Singapura, menyusul ke negara Timur Tengah.
Hasil right issue, menurut Andi, akan digunakan untuk ekspansi bisnis utamanya dalam membangun jaringan fisik dan elektronik, termasuk ekspansi pembiayaan. "Yang utama tetap pembiayaan retail (konsumer dan UMKM)," ucapnya.
Sebagai informasi, portofolio pembiayaan Bank Muamalat mencapai Rp 32,9 triliun. Sebesar 57 persen mengalir ke segmen retail, yakni konsumer (20 persen) dan UMKM (37 persen), sedangkan 43 persen pembiayaan mengalir untuk korporasi.
MARTHA THERTINA