TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa optimistis neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun ini akan membaik. Hal itu terlihat dari neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2013 yang surplus.
"Walaupun volume ekspor ke Eropa menurun akibat resesi dan keseluruhan Januari-Maret 2013 neraca perdagangan defisit, tapi tidak terlalu besar," kata Hatta di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2013.
Menurut Hatta, neraca perdagangan yang surplus ini seiring dengan berkurangnya impor barang modal. Hasil impor barang modal ini mulai diproduksikan. "Itu hasil investasi impor barang modal tahun lalu. Saya kira balance of trade dan current account defisit bisa diatasi," ujar dia.
Penurunan volume juga terjadi pada impor barang konsumsi. Hal tersebut, menurut dia, merupakan bukti pemerintah telah berhasil mengendalikan tingkat konsumsi masyarakat.
Hal lain, kemungkinan akan membaiknya harga komoditas. "Ke depan batu bara dan sawit membaik. Itu positif buat kita karena 50 persen perdagangan dari sektor itu," kata Hatta.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Maret 2013 surplus US$ 304,9 juta. Namun, jumlah itu tak cukup menutup defisit yang terjadi dua bulan sebelumnya. Sehingga, secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Maret 2013 masih minus US$ 67,5 juta.
Nilai ekspor Maret tercatat US$ 15 miliar atau turun 13,03 persen dibanding tahun lalu. Sementara secara kumulatif Januari-Maret 2013, nilai ekspor Indonesia senilai US$ 45,39 miliar atau turun 6,44 persen dibanding tahun lalu.
Sementara itu, nilai impor bulan Maret US$ 14,7 miliar atau juga turun 9,97 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara kumulatif Januari-Maret, impor turun US$ 45,46 miliar atau 0,62 persen dibanding tahun lalu. Impor nonmigas secara kumulatif mencapai US$ 34,15 miliar atau turun 3,06 persen dibanding tahun lalu.
Adapun nilai ekspor non minyak dan gas bumi (migas) pada kurun Januari-Maret 2013 senilai US$ 37,27 miliar atau turun 3,27 persen dibanding 2012. Porsi terbesar adalah ekspor bahan bakar mineral, yakni US$ 6,49 miliar dan lemak dan minyak hewan/nabati US$ 4,66 miliar.
ANGGA SUKMA WIJAYA